Selasa, 10 Januari 2017

UAS FILSAFAT (ARTIKEL)

MENGEJAR HARAPAN

       FILSAFAT? Pertama kali saya mendengar kata ini adalah ketika saya akan mengisi Kartu Rencana Study, ini merupakan sebuah kata yang sangat asing bagi saya saat itu, jujur saat itu saya merasa agak takut untuk mengambil mata kuliah ini, dalam bayangan saya saat itu adalah filsafat merupakan mata kuliah yang sangat rumit, tetapi setelah saya mempelajarinya ya ternyata filsafat memanglah mata kuliah yang cukup rumit. Baik sebelumnya mari mulai dari pengertian filsafat terlebih dahulu. Apakah filsafat itu? Dari sisi kebahasaan, filsafat itu berasal dari bahasa Yunani, yakni Philosophia, Philo=cinta dan Sophia=kebenaran atau kebijaksanaan. Jadi Philosophia adalah orang yang mencintai kebenaran, sehingga berupaya memperoleh dan memilikinya. Kemudian kata philosophia ini ditrasformasikan ke berbagai bahasa, dalam bahasa Arab disebut falsafah, dalam bahasa Indonesia disebut falsafat atau filsafat, dan dalam bahsa Belanda dan Jerman disebut philosophie. Terdapat banyak pengertian filsafat yang telah dikemukakan oleh parah ahli, diantaranya adalah yang dikemukakan oleh Plato, menrut Plato yang merupakan filsuf besar Yunani, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mencapai kebenaran yang asli, karena kebenaran mutlah di tangan Tuhan, atau dengan singkat dikatakan filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada. Lalu menurut Aristoteles yang merupakan murid Plato, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang berisi ilmu metafisika, retorika, logika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Kemudian menurut Alfarabi yang merupakan filsuf besar muslim yang memiliki gelar Aristoteles ke 2, filsafat adalah pengetahuan tentang yang ada menurut hakikat yang sebenarnya. Kemudian menurut Hasbullah Bakry, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat melahirkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dicapai manusia. Dan yang terakhir menurut Immanuel Kant yang merupakan filsuf barat dengan gelar raksasa pemikir Eropa, filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang meliputi isu-isu epistimologi (filsafat pengetahuan) yang menjawab pertanyaan tantang apa yang dapat kita ketahui. Jadi filsafat adalah suatu ilmu pangkal yang mendasari ilmu-ilmu lainnya, dan merupakan ilmu pencarian, karena filsafat itu merupakan ilmu yang terus mencari kebenaran dengan menghubungkan segala aspek yang ada dalam kehidupan ini. Sehingga penting kiranya kita untuk mengatahui apa itu filsafat karena sesungguhnya kita telah berfilsafat dan akan terus berfilsafat dalam menjalani kehidupan ini, banyak hal yang terjadi di dunia ini yang harus terus kita cari hakekat dan kebenarannya.
       Nah itulah pengertian filsafat, tapi filsafat tidak sampai di situ saja, lalu apakah yang menjadi persoalan filsafat? Nah, menurut Immanuel Kant persoalan filsafat itu ada 4, yaitu: (1) apa yang dapat kita ketahui, yang dapat dijawab oleh metafisika, (2) apa yang boleh kita kerjakan, yang dapat dijawab oleh etika, (3) apa yang dinamakan manusia, yang dapat dijawab oleh antropologi, (4) sampai dimana harapan kita, yang dapat dijawab oleh agama. Mari kita ulas satu-satu, apa yang dapat kita ketahui itu kan dapat dijawab oleh metafisika, maksudnya apa? Metafisika itu kan cabang ilmu filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada, menurut saya apa yang dapat kita ketahui itu adalah apapun yang dapat terlihat oleh kita dan yang kita percayai bahwa sesuatu itu ada, mengapa demikian? Karena sesuatu yang tidak dapat kita lihat tidak dapat kita ketahui, seperti contoh kita tahu bahwa rodaitu berbentuk bulat karena kita dapat melihatnya dengan mata kita bahwa roda itu memang berbentuk bulat. Tetapi, ada hal yang dapat kita ketahui walaupun kita tidak dapat melihatnya, yaitu dengan cara kita mempercayainya, saya mengetahui bahwa Allah itu ada, saya mengetahuinya bukan karena saya melihat bentuk Allah, tetapi karena saya mempercayai bahwa Allah ada yang didukung dengan segala kekuasaannya yang telah Ia tunjukkan, dengan saya mempercayai hal tersebut maka saya mengetahui bahwa Allah memang benar-benar ada, itulah mengapa apa yang dapat kita ketahui dapat dijawab oleh metafisika. Selanjutnya apa yang boleh kita kerjakan, yang dapat dijawab oleh etika. Sebelumnya kita harus mengetahui apakah etika itu? Etika adalah cabang ilmmu filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standard dan penilaian moral. Maksudnya adalah, segala sesuatu yang boleh kita kerjakan itu haruslah tidak melanggar etika, etika yang mengatur gerak kita apa yang boleh kita lakukan dan apa yang boleh kita kerjakan, hal ini biasanya berhubungan dengan kebiasaan warga setempat, kebiasaan warga setempat akan mempengaruhi kita dalam berprilaku, apa yang kita kerjakan tidak boleh melanggar nilai-nilai yang telah menetap dan berkembang di lingkungan tersebut, oleh sebab itu mengapa apa yang dapat kita kerjakan dijawab oleh etika. Selanjutnya apa yang dinamakan manusia, dapat dijawab oleh antropologi. Sebelumnya kita harus mengetahui apakah antropologi itu? Antropologi adalah ilmu tentang manusia masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu social dan ilmu hayati (alam). Maksudnya adalah, kita dapat mengetahui apa itu manusia, hakikat manusia dengan cara kita mempelajari antropologi, jika kita telah belajar antropologi dan mendalaminya maka inshaAllah kita akan dapat mengetahui apa itu manusia. Dan yang terakhir adalah sampai dimana harapan kita yang dapat dijawab oleh agama. Mengapa demikian? Karena, apa yang kita harapkan itu hanya akan kita capai dengan kita mengikuti jalan agama. Maksudnya adalah, contoh kita mengharapkan menjadi manusia yang baik dan berguna, kita akan menjadi manusia yang baik jika apa yang kita kerjakan adalah benar dan tidak bersinggungan dengan agama. Oleh sebab itu, apa yang kita harapkan dapat dijawab oleh agama.
       Nah itulah yang menjadi persoalan filsafat, saya tertarik umtuk membahas mengenai apa yang kita harapkan, sebelum kita mengetahui apakah yang kita harapkan, kita harus mengetahui apa itu harapan. Berikut akan saya paparkan pengertian harapan menurut para ahli. Averill dan kawan-kawan mendeskripsikan harapan sebagai emosi yang diarahkan oleh kognisi dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (J. Lopez, 2009:487). Stotland dan Gottschalk masing-masing mendeskripsikan harapan sebagai keinginan untuk mencapai tujuan, sedangkan Gottschalk mendeskripsikan tenaga positif yang mendorong seseorang untuk bekerja melalui keadaan yang sulit (J. Lopez, 2009:487). Staat memandang harapan merupakan ekspektasi yang berinteraksi dengan mengharapkan untuk mewujudkan kemungkinan dan berengaruh pada tujuan yang dicapai (J. Lopez, 2009:487). Teori tentang harapan juga telah dikembangkan oleh C.R Synder selama bertahun-tahun. Menurut Synder (Carr, 2004:90), harapan adalah kemampuan untuk merencanakan jalan keluar dalam upaya mencapai tujuan walaupun adanya rintangan, dan menjadikan motivasi sebagai suatu cara dalam mencapai tujuan. Kalau menurut saya sendiri, harapan itu adalah bentuk dasar dari kepercayaan kita akan sesuatu yang kita inginkan agar terwujud atau akan kita dapatkan atau suatu kejadian yang akan berbuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya harapan itu berbentuk abstrak, ia tidak tampak namun kita yakini bahkan harapan itu terkadang menempel dibatin kita dan dijadikan sugesti oleh kita bahwa itu semua akan terwujud. Harapan menempati posisi yang sangat penting dalam hidup kita, harapan menentukan masa depan kita kelak, kita tidak akan bisa maju tanpa harapan, kita tidak akan bisa membangun sebuah hubungan tanpa adanya harapan, kita tidak akan dapat menemukan tujuan hidup kita tanpa harapan, dan kita tidak akan pernah dapat mencapai potensi penuh kta tanpa adanya harapan. Jika kita memiliki harapan dalam hidup kita pasti kita lebih bersemangat dalam menjalani hidup karena kita ingin mencapai harapan kita tersebut. Contohnya dalah, misalkan ada seseorang bernama A, ia memiliki penyakit kanker otak stadium 4 dan dokter telah memfonis bahwa kesempatan hidup dia hanya 2 bulan saja, jika A tidak memiliki harapan pasti A pasrah saja dalam menghadapi semuanya dan bahkan tidak melakukan usaha apapun untuk mempertahankan hidupnya. Namun, jika A memiliki harapan untuk tetap bertahan hidup agar ia dapat bertaubat dan membahagiakan orang tuanya, pasti aka nada usaha yang A lakukan untuk mencapai harapannya tersebut, sehingga kesempatan hidupnya akan bertambah.
       Nah itulah pengertian dari harapan, lalu siapakah yang memiliki harapan itu? Jawabannya adalah manusia, setiap manusia pasti memiliki harapan, tidak ada satupun manusia yang tidak meiliki harapan dalam hidupnya. Tetapi harapan setiap orang pasti berbeda-beda, nah harapan-harapan itu menurut Snyder dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: (1) seberapa besar nilai dari hasil yang diusahakan, (2) jalan keluar yang direncanakan dapat dipastikan terhadap hasil dan keinginan yang sesuai tentang bagaimana keefektifan mereka akan berhasil pada sesuatu yang dihasilkan, (3) pemikiran diri sendiri dan seberapa efektif seseorang akan mengikuti jalannya dalam upaya mencapai tujuan. Sedangkan menurut Well (2000) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harapan yaitu: dukungan social, kepercayaan religius, dan kontrol.
       Jadi manusialah yang memiliki harapan, dan setiap manusia pasti memiliki harapan yang ingin ia capai dalam hidupnya. Tapi siapakah manusia itu sebenarnya? Manusia adalah makhluk yang paling sempurna karena manusia memiliki akal fikiran. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia, sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh” (QS. Al-Ahdzab : 72). Jadi manusia adalah satu-satunya makhluk hidup yang dibebani kewajiban untuk mentaati dan mematuhi Allah dan RosulNya. Untuk itu Allah SWT memberikan kekuatan akal guna untuk membedakan mana yang salah dan mana yang benar, mana yang baik dan mana yang buruk. Jadi manusia adalah makhluk hidup yang berakal, manusia diberikan oleh Allah SWT kemampuan untuk dapat belajar dan mengembangkan segala macam ilmu pengetahuan, karena itulah ilmu manusia akan terus bertambah dari masa ke masa. Telah kita ketahui bahwa manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT adalah Nabi Adam AS dan Siti Hawa, awalnya Nabi Adam dan Siti Hawa berada di Surga, tetapi karena beliau terhasut oleh bisikan syaitan maka beliau dikeluarkan dari surga dan kemudian di tempatkan di bumi. Berikut firman Allah SWT “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu di surge ini, dan makanlah makanan-makanan yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zamil” (QS. Al-Baqarah : 35), “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (QS. Qaaf : 16). Terdapat beberapa pengertian manusia yang telah dikemukakan oleh para ahli, diantaranya ialah: mnurut Nicolaus D dan A. Sudiarja, manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang. Menurut Abieno J.I manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana. Menurut Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, manusia adalah makhluk yang paling mulia, manusia adalah makhluk yang berfikir, dan manusia adalah makhluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan. Menurut Paula J. C dan Janet W. K, manusia adalah makhluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, menge,ban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara terus menerus serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan. Begitulah sejarahnya, jadi manusia adalah makhluk Allah yang memiliki akal fikiran, manusia adalah khalifah di muka bumi yang awalnya manusia itu berada di Surga, tetapi walaupun saat ini manusia berada di bumi tapi suatu saat kita pasti akan kembali ke Surga.
       Nah itulah pengertian manusia, lalu apa sajakah karakteristik manusia itu? Karakteristik manusia itu ada 5, yaitu: berprinsip, tegak, luwes, keseimbangan dan konsistensi. Mari kita bahas satu persatu. Yang pertama adalah berprinsip, prinsip itu apa? Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Prinsip dikatakan benar-benar prinsip saat telah teruji berulang kali tapi tetap melakukan hal yang sesuai dengan prinsip kehidupanmu, tidak berubah karena keadaan apapun dan malah akan menjadi gaya hidupmu. Tetapi prinsip berbeda dengan keras kepala, orang yang berprinsip itu selalu membangun hidup di atas dasar prinsip kebenaran yang hakiki atau mutlak sifatnya, dan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai yang luhur seperti kejujuran, kebenaran, kesucian, dsb. Orang yang berprinsip tidak pernah merasa malu untuk menunjukkan prinsip itu kepada orang-orang yang ada di sekitarmu, bahkan kepada orang yang pada dasarnya tidak suka dan menentaang prinsip kebenaran itu. Sedangkan orang yang keras kepala itu selalu menganggap dan mendasari bahwa pemikirannya itu benar meskipun itu bertentangan dengan prinsip nilai kebenaran. Seperti contoh, seseorang yang menganggap bahwa mencontek itu benar dan dibolehkan, padahal hal itu tidak dibenarkan dan tidak dibolehkan oleh lingkungan sekitar. Karakteristik yang kedua adalah tegak, maksudnya adalah manusia itu tidak condong, berpegang teguh atau disebut juga ajeg. Karakteristik yang ketiga adalah luwes, manusia tidak hanya berprinsip dan tegak saja, tetapi manusia juga luwes, maksudnya adalah jika manusia itu berprinsip dan tegak atau ajeg tetapi jika terdapat ketidaksinkronan antara prinsipnya dengan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kebenaran dan kesucian dan sebagainya.
       Nah itulah karakteristik manusia, kembali lagi ke harapan. Setelah kita mengetahui bahwa manusia lah yang memiliki harapan dan manusia itu memiliki karakteristik berprinsip, tegak dan luwes. Lalu apakah harapan manusia itu? Tidak usah jauh-jauh deh, harapan saya sendiri dalam menjalani hidup ini apa? Harapan saya adalah menjadi manusia yang baik, dan dapat membahagiakan kedua orang tua saya.
       Nah itulah harapan saya, tapi orang baik itu seperti apa? Mengapa seseorang dikatakan baik atau tidak baik? Menurut saya, seseorang untuk menjadi baik itu haruslah benar dahulu. Maksudnya adalah jika seseorang telah berbuat benar dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berkembang pada daerah tersebut, maka orang tersebut adalah termasuk orang yang baik.
       Harapan itu merupakan visi, lalu apakah visi itu sebenarnya? Dan apakah bedanya visi dengan misi? Kita mulai dari visi. Terdapat beberapa pengertian visi yang telah dikemukakan oleh para ahli, diantaranya ialah pengertian visi menurut Wibisono (2006:43) menurutnya visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau seseorang yang ingin dicapai di masa depan, atau dapat dikatakan bahwa visi itu merupakan pernyataan want to be dari organisasi atau seseorang, visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang. Selanjutnya Nawawi (2000:122) mengemukakan bahwa visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan. Jadi dapat disimpilkan bahwa visi adalah gambaran dari tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga atau perusahaan di masa depan. Selanjutnya adalah pengertian misi, terdapat beberapa pengertian misi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Arman (2008) mengemukakan bahwa misi adalah kumpulan pertanyaan yang mencerminkan hal-hal yang tengah atau hendak dijadikan atau akan dicapai dalam waktu dekat. Wibisono (2006) mengemukakan bahwa misi adalah penetapan target atau tujuan perusahaan untuk waktu yang singkat yang umumnya satu hingga tiga tahun. Drucker (2000) mengemukakan bahwa misi adalah sebab utama kehadiran suatu perusahaan. Pernyataan bisnis utamanya pada tingkatan unit bisnis akan mempengaruhi batas dan maksud dari kegiatan bisnis suatu perusahaan. Dan yang terakhir adalah pengertian misi menurutWhelen, menurutnya misi ialah suatu deretan kalimat yang menjelaskan tujuan atau sebab keberadaan suatu perusahaan yang berisikan hal-hal yang ditawarkan perusahaan untuk konsumen bisa berbentuk produk maupun layanan. Dapat disimpulkan, jadi misi itu sendiri ialah suatu cara untuk mencapai suatu tujuan, kadang kala misi perlu dirubah sedemikian rupa jika visi belum juga tercapai. Atau bisa juga dikatakan bahwa visi itu merupakan keinginan yang akan tercapai pada suatu lembaga atau individu dalam usaha untuk dapat mencapai tujuan yaitu visi yang telah direncanakan. Dalam mencapai apa yang telah anda inginkan haruslah memiliki tekat atau keinginan yang kuat sebagai dasar pencapaian visi yang diinginkan. Nah itulah pengertian visi dan misi, lalu apakah perbedaanya antara visi dan misi? Kalau visi itu merupakan suatu tujuan, hal yang direncanakan untuk masa depan suatu organisasi atau cita-cita yang ingin dicapai. Visi pada dasarnya hanya terdiri dari beberapa kalimat saja tetapi jelas akan maksud dan tujuannya. Sedangkan misi itu merupakan langkah-langkah yang kita lalui untuk dapat membantu mewujudkan visi yang telah kita tetapkan. Misi biasanya memiliki kalimat pernyataan yang tidak singkat karena menjabarkan apa yang akan kita lakukan untuk mencapai atau memenuhi visi tersebut.
       Nah itulah pengertian visi dan misi, juga perbedaan diantara keduanya. Jadi bisa disimpulkan bahwa visi itu merupakan harapan, atau dengan kata lain harapan adalah visi. Pada paragraf sebelumnya telah saya sebutkan apa saja harapan saya, lalu apakah misi saya untuk mencapai harapan atau visi saya tersebut? Misi saya untuk mencapai harapan atau visi saya “menjadi manusia yang baik dan dapat membahagiakan kedua orang tua” adalah: (1) mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah, (2) mematuhi dan tidak melanggar norma dan nilai yang berkembang dalam masyarakat, (3) berdo’a, berusaha (belajar), tawakal, (4) berbuat baik terhadap orang lain baik yang bersifat mendasar, mutlak dan bisa secara eksplisit disaksikan dan/atau dirasakan oleh orang lain. Maupun yang bersifat mendukung dan lebih samar karena tidak bisa secara langsung ditangkap oleh indera. Nah itulah misi saya, tetapi saya pernah membaca sebuah artikel tentang cara untuk dapat mencapai harapan. Berikut akan saya paparkan: (1) kenali diri kita sendiri, sebelum kita menentukan impan atau harapan kita, pertama kali kita harus mengenali dulu diri kita sendri, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan kita. Kita harus menggali potensi yang kita miliki dan berusaha untuk bisa menerima kelemahan dan berusaha untuk memperbaikinya; (2) berani membuat harapan, harapan itu bukanlah sekedar hayalan yang tidak mungkin diwujudkan, tetapi ini adalah harapan nyata dari kita yang ke depannya akan kita wujudkan. Harapan ini lah yang merupakan tujuan hidup kita ke depannya nanti, karena harapan ini kita buat untuk bisa kita wujudkan, jadi bukan omong kosong dan harapan semu saja. Mulai sekarang tentukanlah harapan anda untuk ke depannya nanti yang bisa memotivasi anda untuk bisa mewujudkannya; (3) fokus dan konsistenlah dalam mencapai tujuan; (4) rajinlah berlatih dan kembangkan diri anda; (5) belajar dari pengalaman orang sukses; (6) rajinlah berdoa dan memperkuat iman; (7) tingkatkanlah kretifitasmu.
       Nah itulah misi saya, lalu apakah orang baik memiliki harapan dalam hidupnya? Sebelum kita mengetahui apakah orang baik itu memiliki harapan dalam hidupnya, kita harus mengetahui dahulu mengapa seseorang dikatakan orang baik atau manusia yang baik. Allah berfirman, yang artinya “dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Baqarah:195). Selanjutnya ada lagi firman Allah yang artinya “karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Ali’Imraan:148). “…maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Maa-idah:13). “tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalah ang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertaqwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang sakeh, kemudian mereka tetap bertaqwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertaqwa dan berbuat kebajikan. Dan Allag menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Al-Maa-idah 5:93). Menurut saya, manusia yang baik itu adalah manusia yang selalu mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan Allah; mematuhi dan tidak melanggar norma dan nilai yang berkembang dalam masyarakat; berdo’a, berusaha (belajar), bertawakal; dan yang terakhir ialah selalu berbuat baik terhadap orang lain baik yang bersifat mendasar, mutlak dan bisa secara eksplisit disaksikan dan dirasakan oleh orang lain, maupun yang bersifat mendukung dan lebih samar karena tidak bisa secara langsung ditangkap oleh indera. Lalu apakah yang dimaksud dengan berbuat baik yang bersifat mendasar dan berbuat baik yang bersifat mendukung? Berbuat baik yang bersifat mendasar itu, kebaikannya langsung dan dapat dengan mudah dirasakan oleh orang lain, contohnya ialah: ramah (friendly), murah hati (generous), lembut (gentle), peduli (caring), suka menolong (helpful), penuh kasih (loving), rendah hati (humble), penyabar (patient), ceria dan periang (joyful and light-hearted), dan yang terakhir ialah suka berterimakasih (greatful), seseorang yang memiliki karakteristik tersebut dapat dengan mudah mendapatkan julukan “orang baik”. Nah untuk kategori yang kedua (berbuat baik yang bersifat mendukung) ini tidak dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh seseorang, sehingga meskipun ciri-ciri tersebut dimiliki seseorang, orang lain tidak dengan mudah menyebutnya baik. Contohnya adalah: jujur (honest), terpercaya (trustworthy), tulus (sincere), peka atau memikirkan orang lain (thoughtful or considerate), bertanggungjawab (responsible), menghormati (respectful), toleran (tolerant), setia (loyal, faithful), pemaaf (forgiving), belas kasih (compassionate, sympathetic), tidak menghakimi (non-judgmental), berpikiran positif (positive thinking), optimis (optimistic), dan andal (reliable).
       Mari kita lanjutkan, seseorang yang telah dikatakan baik, pasti memiliki harapan lain dalan hidupnya dan pasti akan berusaha untuk dapat mencapai harapannya tersebut. Lalu bagaimana dengan orang yang tidak baik ataupun orang jahat? Apakah mereka memiliki harapan dalam hidupnya? Sebelumnya kita harus dapat membedakan terlebih dahulu antara orang tidak baik dengan orang yang jahat. Menurut saya orang yang tidak baik itu belum tentu jahat, orang tidak baik tidak akan merugikan orang lain, mereka hanya berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan norma dan nilai tetapi tidak sampai merugikan orang lain, contohnya adalah: tidak sholat, tidak puasa, tidak bersalaman dengan orang tua dan tidak mengucapkan salam ataupun tidak berdoa saat hendak memulai ataupun sesudah melakukan sesuatu.  Nah kalau orang jahat itu menurut saya, mereka sudah pasti tidak baik dan bahkan merugikan orang lain, contohnya adalah: mencontek lalu mendapatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan teman lainnya, merokok di tempat umum kemudian asapnya terhirup oleh orang lain yang mana asap rook tersebut sangatlah berbahaya bagi tubuh kita. Nah itulah perbedaannya antara orang yang tidak baik dan orang jahat, lalu apakah orang yang tidak baik dan orang jahat memiliki harapan dalam hidupnya? Ya, pastinya mereka memiliki harapan yang ingin mereka capai dalam kehidupannya, hanya saja mungkin cara yang mereka tempuh itu ada beberapa yang tidak sesuai. Contohnya ialah, seseorang yang belum memiliki cap “jahat” memiliki harapan untuk menjadi seorang yang kaya raya, lalu ia berusaha untuk dapat mewujudkan harapannya tersebut, tapi langkah yang mereka tempuh itu tidak sesuai yaitu dengan cara mencuri, sedangkan mencuri itu adalah perbuatan yang salah dan merugikan orang lain yang kita curi, setelah orang tersebut mencuri maka orang tersebut mendapatkan cap “orang jahat” karena ia telah melakukan suatu perbuatan yang merugikan orang lain.
       Kembali lagi pada harapan saya, tadi telah saya sampaikan bahwa harapan saya adalah saya ingin menjadi manusia yang baik dan dapat membahagiakan orang tua. Nah setelah saya mencapai harapan saya tersebut apakah yang akan saya rasakan? Setelah saya mencapai harapan saya tersebut saya pasti akan merasa gembira. Lalu apakah gembira itu? Gembira itu merupakah bagian dari emosi yang seringkali dirasakan oleh manusia. Kata emosi berasal dari bahsa Latin, yaitu emorve yang berarti menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002:411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Menurut Caplin, emosi ialah suatu keadaan yang terangsang dari organisme yang mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang sifatnya mendalam dari perubahan perilaku tersebut. Chaplin juga membedakan emosi dengan perasaan dan dia mengatakan bahwa perasaan adalah pengalaman yang disadari, yang diaktifkan baik itu oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah. Soergada Poerbakawatja mengemukakan bahwa emosi adalah respons terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis sidertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respons demikian terjadi baik terhadap perasaan-perasaan eksternal maupun internal. Dengan pengertian emosi menurut Soergada ini terlihat jelas perbedaan antara perasaan dengan emosi, bahkan terlihat jelas bahwa perasaan termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari emosi. Jadi dapat kita tarik kesimpulan bahwa emosi adalah reaksi individu terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh emosi sedih yang mendorong perubahan hati seseorang untuk menangis dan ada juga emosi gembira yang mendorong perubahan hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa. Jadi gembira itu merupakan salah satu bagian dari emosi yang dipengaruhi oleh rangsangan baik dari dalam maupun dari luar diri manusia tersebut.
       Nah itu dia yang dinamakan emosi gembira. Lalu bagaimana cara kita menilai seseorang sedang gembira atau bersedih? Dapatkah kita mengukur hati seseorang? Terntu saja kita bisa mengukur hati seseorang, suasana hati seseorang dapat kita ukur dari raut wajahnya, pada umumnya orang yang sedang gembira raut wajahnya akan berseri-seri dan tersenyum bahkan tretawa, orang yang sedang bersedih raut wajahnya akan murung bahkan tak jarang kita melihat genangan air mata disekitar matanya, lalu orang yang sedang raut wajahnya akan terlihat seperti membara, tatapannya tajam dan wajahnya akan memerah. Hal tersebut dikarenakan hati kita mendapatkan rangsangat baik dari luar maupun dari dalam diri yang membuatnya merasakan sedih, gembira, maupun marah. Lalu hati kita mengirimkan sinyal-sinyal kimiawi kepada otak kita, lalu otak kita menterjemahkan sinyal-sinyal tersebut yang kemudian direspon oleh anggota tubuh kita sehingga terwujudlah ekspresi-ekspresi tersebut. MasyaAllah, begitu sempurnanya Allah menciptakan kita, masih banyak lagi emosi yang kita rasakan dalam kehidupan ini, tapi emosi apapun yang kita rasakan janganlah kita berlama-lama terlarut di dalamnya. Allah SWT telah berfirman yang artinya: “Allah tidak membebankan seseorang melainkan dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah:286). “sesungguhnya setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah:6). “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan yang sabar dan dengan mengerjakan solat; dan sesungguhnya solat itu amalan yang berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk” (QS. Al-Baqarah:45). “janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu orang-orang yang beriman” (Ali-Imran:139). “dan jika kamu membalas kejahatan (pihak lawan), maka hendaklah kamu membalas dengan kejahatan yang sama seperti yang telah ditimpakan kepada kamu, dan jika kamu bersabar, (maka) sesungguhnya yang demikian itu adalah lebih baik bagi orang-orang yang sabar” (QS. Al-Nahl:126). Selain itu, berlama-lama sedih juga tidak baik, lebih baik kita tersenyum karena senyum memiliki sangat banyak manfaat, diantaranya adalah: (1) Dra. Tieneke Syaraswati, S.Psi, S.Ed, M.Fil, A.Andr seorang psikologi dan dosen FKUI mengatakan bahwa jika kita tersenyum maka tubuh akan menghasilkan hormon endorphin yang baik untuk otak dan membuat kita menjadi tenang ; (2) senyum akan mengaktifkan sejumlah elemen tubuh yang memicu pelepasan dopamin, hormon penumbuh rasa bahagia; (3) penelitian juga menunjukkan bahwa kalau kita senyum, tubuh kita juga akan melepaskan hormon endorphin, natural pain killer, semacam penghilang nyeri, dan serotonin. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan pada perasaan dan pikiran kita. Kita akan merasa lebih nyaman, tenang, senang, gembira, dan bahkan mengurangi rasa sakit yang diderita; (4) senyum mempercepat proses penyembuhan. Senyum (dan tertawa juga) bisa mengurangi produksi hormone efinefrin dan kortisol. Hormone ini memiliki pengaruh memperlambat proses penyembuhan. Selain itu, senyum juga membuat tubuh menghasilkan hormon endorphin serta serotin yang merupakan hormone pengendali rasa nyeri. Oleh karena itu senyum dapat mengurangi rasa nyeri dan mempercepat proses penyembuhan, selain itu kekebalan tubuh pun akan meningkat; (5) penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari University Of California Medical menjelaskan ada dua jenis “stress” yang merupakan stress baik dan stress buruk. Senyum dan tawa dikategorikan sebagai stress baik untuk menempatkan tekanan pada system kekebalan tubuh. Dalam studi di atas, dua kelompok orang dewasa digunakan sebagai eksperimen. Kelompok pertama menunjukkan cerita-cerita lucu, sementara kelompok ke dua ditempatkan di sebuah ruangan tanpa melakukan apa-apa. Darah sampel diambil 10 menit sebelun dan setelah penelitian dibuat. Dari hasil sampel darah, kelompok pertama lebih baik adalah peningkatan hormon seperti “endorphin” hormon dan “neurotransmitter” hormon, dan tingkat penurunan hormon stress “cortison” dan “adrenalin”. Dari firman Allah SWT di atas, kita dapat mengambil hikmahnya, bahwa jika kita sedang bersedih maupun marah janganlah kita berlarut-larut dalam kesedihan itu, dan janganlah kita membalas kejahatan orang lain kepada kita yang telah membuat kita marah maupun bersedih, karena sesungguhnya bersabar adalah lebih baik. Jika kita merasakan emosi gembira bahkan sedih sekalipun, ingatlah selalu Allah.
       Nah itulah macam-macam emosi, dan emosi gembira yang seseorang rasakan ketika ia telah dapat mencapai harapannya. Jika seseorang telah dapat mencapai harapannya, maka hal apa yang akan orang tersebut lakukan? Setelah seseorang dapat mencapai harapannya, tentunya orang tersebut akan bersuka cita, dan ia akan membuat harapan-harapan lainnya. Lalu mengapa seseorang tidak pernah berhenti berharap dalam hidupnya? Bahkan seseorang yang kita anggap telah “sempurna” sekalipun pasti memiliki harapan-harapan dalam hidupnya. Hal ini karena memang manusia memiliki sifat tidak pernah puas dalam hidupnya, Allah SWT telah berfirman yang artinya: “…dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu” (QS. Al-Hadid :14). “maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum” (QS. Al-Waqiah : 55). “dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Am-Nahl : 18). “Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas” (QS. Al-alaq : 6). Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “seandainya manusia diberi dua lembah yang berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah ketiga. Yang bisa memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat” (HR. Bukhari no. 6436).  Jadi, memang sudah ada dalam Al-Qur’an bahwa manusia itu memang memiliki sifat yang tidak pernah puas, bahkan terdapat beberapa kasus yang menunjukkan sifat ketidak puasan manusia. Contohnya adalah kasus yang masih cukup hangat yaitu kasusnya Dimas Kanjeng, beliau membuka praktek penggandaan uang yang lumayan banyak korbannya, kebanyakan korbannya adalah orang-orang yang sudah sangat berkecukupan, tetapi mereka masih saja tidak pernah puas akan apa yang telah mereka miliki, akhirnya mereka menggandakan uangnya bermiliar-miliar kepada Dimas Kanjeng. Menurut saya terdapat beberapa alasan anpa manusia ingin lebih dan tidak pernah puas, diantaranya ialah : (1) manusia selalu membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih tinggi dari dirinya, baik itu dalam kondisi keuangan, emosional, social, dan intelektual, sehingga mereka menjadi terinspirasi untuk menjadi seperti itu atau bahkan melebihi itu, maka tak heran jika mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya; (2) kita tidak mensyukuri atas apa yang telah Allah berikan pada kita, kita merasa minder dan tidak bahagia dengan apa yang telah kita miliki, kita selalu ingin menjadi orang lain dan jarang fokus pada bakat dan kemampuan kita sendiri; (3) keingintahuan manusia yang tidak terbatas dan selalu penasaran untuk mengetahui lebih lanjut tentang objek atau pengalaman yang baru dan asing bagi kita; (4) Ambisi manusia tidak pernah mengenal batas apapun, ambisi memang baik tapi jika cara kita dalam memenuhi ambisi kita itu salah maka hasil yang didapat pun akan tidak sesuai; (5) manusia selalu ingin berubah menjadi lebih baik, selalu menginginkan adanya perubahan dalam hidupnya, manusia selalu merasa bosan atas apa yang telah ia miliki dan ia selalu menginginkan hal yang baru; (6) manusia tidak pernah puas, salah satu alasannya ialah karena ia ingin menyenangkan orang-orang disekitarnya yang ia sayangi dan yang menyayanginya, mereka mencoba untuk merebut perhatian semua orang demi sebuah penilaian. Saat kita mencoba untuk membuat orang lain bangga terhadap kita, saat itu kita lupa bahwa mereka sama dengan kita, yang sama-sama memiliki sifat tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dimilikinya. Jadi, cobalah untuk meningkatkan citra diri kita dengan menciptakan kesan yang lebih baik pada orang lain tetapi tidak mengarak ke kepuasan apapun; (7) manusia juga mudah terpengaruh dengan persepsi masyarakat, yang mana jika orang-orang yang memiliki banyak harta mereka dipuji-puji dan kita didorong-dorong oleh orang sekitar kita untuk bekerja lebih keras agar dapat menghasilkan lebih banyak. Sungguh hal ini sangatlah tidak disukai oleh Allah dan tidak baik untuk kita lakukan. Oleh sebab itu, mulai saat ini jadilah diri sendiri, tidak perlu terpengarung dengan lingkungan sekitar, perbanyaklah bersyukur dengan mengucap “Alhamdulillah” agar kita terhindar dari godaan syaitan, dan membuat kita menjadi kufur nikmat. Nabi Muhammad SAW telah bersabda, yang artinya : “kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslin no 1051).
       Nah itulah penjelasan mengenai manusia yang memiliki harapan dan tidak pernah berhenti untuk berharap. Oleh sebab itu, kita harus mempelajari filsafat, agar apa yang kita harapkan adalah bukan hanya keinginan semata tetapi akan dapat kita capai dengan cara yang benar. Lalu bagaimanakah cara atau pendekatan untuk mempelajari filsafat? Terdapat 3 cara atau pendekatan untuk mempelajari filsafat, yaitu: (1) masa lalu (sejarah), pendekatan ini berusaha memahami filsafat dengan melihat aspek sejarah dan perkembangan pemikiran filsafat dari waktu ke waktu dengan melihat kecenderungan-kecenderungan umum sesuai dengan semangat zamannya. Kemudian dilakukan periodisasi untuk melihat perkembangan pemikiran filsafat secara kronologis; (2) masa kini (yang bertema ontologi, episimologi dan aksiologi), yang pertama akan kita bahas adalah ontologis, apa itu ontologi? Ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu onta yang berarti “yang berada” dan logi yang berarti “ilmu pengetahuan atau ajaran”, maka ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan. Jadi ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas atau yang mengkaji tentang hakikat segala yang ada, realitas ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran. Selanjutnya adalah epistimologi, epistimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu: episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu yang sistematis, teori). Secara terminology, epistimologi adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya pengetahuan itu. Beberapa ahli mencoba mendefinisikan epistimologi, diantaranya adalah menurut P. Hardono Hadi, epistimologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skop pengetahuan. Menurut D.W Hamlyin epistimologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar pengandaian-pengandaian serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan. Jadi epistimologi adalah studi tentang pengetahuan, bagaimana kita mengetahui benda-benda. Yang terakhir adalah aksiologi, aksiologi adalah bidang yang mempelajari nilai-nilai, ada 3 bagian yang membedakan didalam aksiologi, yakni moral conduct, asthetic conduct, dan socio-political life. Aksiologi terbagi menjadi 6 pandangan yaitu: (a) naturalism, yang menyatakan ukuran baik buruk ialah sesuai tidaknya perbuatan tersebut dengan fitrah manusia; (b) hedonism, yang menyatakan bahwa ukuran baik buruk ialah sejauh mana suatu perbuatan mendatangkan kenikmatan (hedone) bagi manusia; (c) vitalisme, yaitu ukuran baik buruk ditentukan oleh sejauh mana suatu perbuatan tersebut dapat mendorong manusia untuk hidup lebih maju; (d) ultitawianisme, ukuran baik buruk ditentukan oleh ada tidaknya suatu perbuatan mendatangkan manfaat bagi manusia; (e) idealism, ukuran baik buruk ditentukan oleh sesuai tidaknya sesuatu perbuatan dengan konsep ideal (rancangan bangun) pikiran manusia; (f) teologis, baik buruknya suatu perbuatan ditentukan oleh sesuai tidaknya suatu perbuatan dengan ketentuan agama (teos=Tuhan, agama). Jadi aksiologi adalah bidang yang mempelajari mengenai nilai dan hakikat nilai.

       Nah itu adalah cara atau pendekatan untuk mempelajari filsafat, lalu apa hubungannya atau korelasi antara filsafat dengan pendidikan? Dan apa korelasinya antara filsafat dengan ilmu? Hubungan antara filsafat dengan ilmu adalah, filsafat ada semenjak manusia ada, filsafat ada karena manusia mulai bertanya-tenya dalam hidupnya, sehingga keingintahuannya itu mendorongnya untuk mencari tahu sehingga terciptalah suatu kebenaran yang mengalahkan mitos-mitos yang beredar. Ilmu yang pertama kali muncul adalah filsafat, yang kemudian disusul dengan ilmu-ilmu lain, mengapa demikian? Karena filsafat adalah ilmu dari segala ilmu, semua pertanyaan yang terdapat dalam ilmu-ilmu lain dapat dijawab oleh filsafat, nah itulah hubungannya antara filsafat dengan ilmu. Lalu apa hubungannya antara filsafat dengan pengetahuan? Hubungannya adalah, filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan, dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggung jawabkan ilmunya. Pertanggung jawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah-langkag harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argument-argumen yang obyektif. Nah itulah hubungan antara filsafat dengan pengetahuan dan hubungan antara filsafat dengan ilmu.