Minggu, 04 Desember 2016

Proses Terjadinya Bunyi Dan Alat Ucap



Seperti yang sudah disebutkan, bahwa fonetik (artikulatoris) mengkaji cara membentuk bunyi-bunyi bahasa. Adapun sumber kakuatan utama untuk membentuk bunyi bahasa yaitu udara yang keluar dari paru-paru. Udara tersebut dihisap ke dalam paru-paru, kemudian dikeluarkan ketika bernafas. Ketika udara keluar dari paru-paru melalui tenggorokan, ada yang mendapat hambatan ada yang tidak mendapat hambatan.
Proses membentuk dan mengucapkan bunyi berlangsung dalam suatu kontinuum. Menurut analisis bunyi fungsional, arus bunyi yang kontinuum tersebut bisa dikategorisasikan berdasarkan segmen tertentu. Walaupun denikian, ada pula bunyi yang tidak dapat dikategorisasikan menjadi segmen-segmen tertentu yang disebut bunyi suprasegmental. Oleh sebab itu, bunyi bahasa dapat dibagi menjadi :
(1)   Bunyi segmental dan
(2)   Bunyi suprasegmental.
Proses terbentuknya bunyi bahasa secara garis besarnya terbagi atas 4 macam, yakni:
(1) Proses keluarnya bunyi dari paru-paru,
(2) Proses fonasi, yaitu lewatnya bunyi dalam tenggorokan,
(3) Proses artikulasi yaitu proses terbentuknya bunyi oleh artikulator dan,
(4) Proses oro-nasal, proses keluarnya bunyi melalui mulut atau hidung (ladefoged, 1973: 2-3).
Terjadinya Bunyi:
1.      Sumber energi utama terjadinya bunyi bunyi bahasa adalah adanya udara dari paru-paru.
2.      Udara dihirup ke dalam paru-paru kemudian dihembuskan keluar bersama-sama waktu sedang bernapas.
3.      Udara yang dihembuskan (atau dihirup untuk sebagaian kecil bunyi bahasa) mendapat hambatan di berbagai tempat alat-alat bicara dengan berbagai cara sehingga terjadi bunyi bahasa.
4.      Tempat atau alat bicara yang dilewati diantaranya batang tenggorok, pangkal tenggorok, kerongkongan, rongga mulut, rongga hidung.
5.      Pada waktu udara mengalir keluar pita suara harus dalam keadaan terbuka.
6.      Jika udara tidak mengalami hambatan pada alat bicara, bunyi bahasa tidak akan terjadi.
7.      Syarat terjadinya bunyi bahasa secara garis besar.
Alat ucap :


a.      Paru-paru (lungs)
b.      Batang tenggorok (trachea)
c.       Pangkal tenggorok (larynx)
d.      Pita-pita suara (vocal cords)
e.      Krikoid (cricoid)
f.        Tiroid (thyroid/lekum)
g.      Aritenoid (arythenoids)
h.      Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)
i.        Epiglotis (epiglottis)
j.        Akar lidah (root of the tongue)
k.       Punggung lidah/ pangkal lidah (dorsum)
l.        Tengah lidah (medium)
m.    Daun lidah (lamina)
n.      Ujung lidah (apex)
o.      Anak tekak (uvula)
p.      Langit-langit lunak (velum)
q.      Langit-langit keras (palatum)
r.       Gusi dalam/ ceruk gigi (alveolae)
s.       Gigi atas (denta)
t.        Gigi bawah (denta)
u.      Bibir atas (labia)
v.       Bibir bawah (labia)
w.     Mulut
x.       Rongga mulut (oral cavity)
y.       Rongga hidung (nasal cavity)



a.             Paru-paru (Lungs)
Paru-paru berfungsi untuk bernafas. Bernafas terdiri atas dua proses, yakni: (1) Proses menghisap udara ke paru-paru, yang berupa oksigen (O2); dan (2) Proses mengeluarkan udara dari paru-paru, yang berupa karbondioksida (CO2).
Selama hidup, manusia senantiasa menghisap dan mengeluarkan uadara. Dengan demikian, paru-paru berfungsi untuk mengeluarkan udara yang menjadi sumber terbentuk bunyi bahasa (Pike, 1974).
b.   Pangkal Tenggorokan (Larynx)
Pangkal tenggorokan adalah rongga di ujung saluran pernapasan. Pangkal tenggorokan ini terdiri atas empat komponen, yakni: (1) tulang rawan krikoid, (2) tulang rawan Aritenoid, (3) sepasang pita suara, dan (4) tulang rawan tiroid (Malmberg, 1963:22).
Tenggorokan (larynx), rongga anak tekak (pharinx), pita suara (vokal cords), dan anak tekak (uvula). Tenggorokan berfungsi untuk mengeluarkan udara dari paru-paru, rongga tersebut dapat membuka atau menutup. Jika rongga tenggorokan membuka akan membentuk bunyi vokal, sebaliknya jika rongga tenggorokan menutup akan membentuk bunyi konsonan. Tentu saja, fungsi pita suara sangat penting dalam menghasilkan bunyi. Uraian mengenai fungsi pita suara dijelaskan di bawah ini.
c.    Rongga Anak Tekak (Pharynx)
Rongga anak tekak ada di antara pangkal tenggorokan dan rongga mulut dan rongga hidung. Gunanya sebagai saluran udara yang akan bergetar bersama sama dengan pita suara. Adapun bunyi yang dihasilkannya disebut bunyi faringal.
d.   Pita suara (Vokal Cords)
Bunyi yang dihasilkan pita suara diatur oleh sistem otot aritenoid. Pita suara bagian depan mengait pada tulang rawan tiroid. Adapun pita suara bagian belakang mengait pada tulang rawan Aritenoid. Pita suara dapat membuka luas atau menutup, fungsinya sebagai katup yang ngatur jalannya udara dari paru-paru ketika melalui tenggorokan.
Akibat membuka dan menutup pita suara, akan memunculkan rongga di antara pita suara yang disebut glotis. Posisi glotis ada empat macam, yakni: membuka lebar, membuka, menutup, dan menutup rapat. Proses bergetarnya pita suara tersebut disebut proses fonasi. Proses teresebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Proses membuka-Nutupnya Glotis:
Posisi Glotis akan mempengaruhi pola terbentuknya bunyi bahasa. Jika posisi glotis membuka akan menghasilkan bunyi tak bersuara. Sebaliknya, jika posisi glotis menutup akan menghasilkan bunyi bersuara. Di bawah ini dijelaskan posisi pita suara ketika membentuk bunyi bahasa.
1)   Posisi pita suara ketika bernafas : Ketika bernafas, pita suara membuka lebar sehingga udara yang keluar dari paru-paru melalui tenggorokan tidak ada yang menghalangi. Posisi pita suara seperti ini umumnya menghasilkan bunyi vokal, bunyi [h p,t,s k].
2)   Posisi pita suara bergetar : Jika pita suara bergetar, bagian atasnya membuka sedikit sehingga membentuk bunyi [b,d,g,m,r]. Jika pita suara tidak bergetar, akan menghasilkan bunyi [p,t,c,k,f,h,s].
3)   Posisi pita suara ketika ngengucapkan bunyi glottal : Ketika ngucapkan konsonan glotal, pita suara menutup sehingga bunyi yang melalui tenggorokanberhenti sejenak, dan menghasilkan bunyi hamzah [?].
4)   Posisi pita suara ketika berbisik : Posisi pita suara ketika berbisik, bagian bawahnya menutup sedikit, udara yang keluarnya pun berkurang sehingga bunyi–bunyi bahasa tersebut tidak jelas terdengarnya.
e.    Langit-langit Lunak (Velum) dan Anak tekak (Uvula)
Langit-langit lunak (velum) beserta bagian ujungnya yaitu anak tekak (uvula) dalam menghasilkan bunyi bahasa, dapat turun atau naik. Ketika bernafas normal, langit-langit lunak dan anak tekak tersebut turun, sehingga udara dapat leluasa melalui hidung, termasuk ketika membentuk bunyi nasal. Ketika menghasilkan bunyi nonnasal, langit-langit lunak dan anak tekak naik menutup rongga hidung. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh langit-langit lunak disebut bunyi velar. Adapun bunyi yang dihasilkan dengan hambatan anak tekak disebut bunyi uvular.
f.     Langit-langit Keras (Palatum)
Langit-langit keras merupakan susunan tulang-belulang. Bagian depannya mulai dari langit-langit cekung ka atas, kemudian diikuti oleh bagian belakang yang lunak. Menghasilkan bunyi bahasa, langit-langit keras menjadi artikulator pasif. Adapun artikulator aktifnya ialah ujung lidah dan tengah lidah.  Bunyi yang dihasilkan oleh langit-langit keras disebut bunyi palatal, sedangkan bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah (apex) disebut bunyi apical. Bunyi yang dihasilkan oleh tengah lidah (medium) disebut bunyi medial. Bunyi-bunyi tersebut biasa digabungkan menjadi apikopalatal dan medio-palatal (Bloch & Trager, 1942:15).
g.    Gusi (Alveolum)
Gusi merupakan tempat tumbuhnya gigi. Gusi dapat disebut daerah kaki gigi. Dalam membentuk bunyi bahasa, lidah merupakan titik artikulasi, sedangkan articulator aktifnya ialah ujung lidah. Bunyi yang dihasilkan oleh gusi disebut bunyi alveolar. Selain itu, gusi dapat bersama-sama dengan daun lidah (lamina) membentuk bunyi bahasa, sehingga menghasilkan bunyi laminal. Gabungan kedua bunyi tersebut disebut bunyi lamino-alveolar.
h.   Gigi (Dentum)
Gigi terbagi dua, yaitu gigi atas dan gigi bawah. Ketika membentuk bunyi bahasa, gigi yang berperan penting yaitu gigi atas. Gigi atas biasanya bersama-sama dengan bibir baeah atau ujung lidah. Bunyi bahasa yang dihasilkan oleh gigi atas dan gigi bawah disebut bunyi dental, bunyi bahasa yang dihasilkan oleh gigi atas dan bibir bawah disebut labio-dental. Adapun bunyi bahasa yang terbentuk oleh gigi atas dan ujung lidah disebut bunyi apiko-dental.
i.      Bibir (labium)
Bibir dibagi menjadi dua bagian, yaitu bibir atas dan bibir bawah. Ketika membentuk bunyi bahasa, bibir atas berfungsi sebagai articulator pasif bersama-sama dengan bibir bawah yang menjadi articulator aktif. Bunyi yang dihasilkan oleh dua bibir disebut bunyi bilabial.

Dapus : Resmini,novi,dkk. 2006. Kebahasaan 1 (Fonologi, Morfologi dan Semantik). Bandung: UPI PRESS
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar