MENGEJAR
HARAPAN
FILSAFAT?
Pertama kali saya mendengar kata ini adalah ketika saya akan mengisi Kartu
Rencana Study, ini merupakan sebuah kata yang sangat asing bagi saya saat itu, jujur
saat itu saya merasa agak takut untuk mengambil mata kuliah ini, dalam bayangan
saya saat itu adalah filsafat merupakan mata kuliah yang sangat rumit, tetapi
setelah saya mempelajarinya ya ternyata filsafat memanglah mata kuliah yang
cukup rumit. Baik sebelumnya mari mulai dari pengertian filsafat terlebih
dahulu. Apakah filsafat itu? Dari sisi kebahasaan, filsafat itu berasal dari
bahasa Yunani, yakni Philosophia, Philo=cinta dan Sophia=kebenaran atau kebijaksanaan. Jadi Philosophia adalah orang yang mencintai kebenaran, sehingga
berupaya memperoleh dan memilikinya. Kemudian kata philosophia ini ditrasformasikan ke berbagai bahasa, dalam bahasa
Arab disebut falsafah, dalam bahasa
Indonesia disebut falsafat atau filsafat, dan dalam bahsa Belanda dan Jerman
disebut philosophie. Terdapat banyak
pengertian filsafat yang telah dikemukakan oleh parah ahli, diantaranya adalah
yang dikemukakan oleh Plato, menrut Plato yang merupakan filsuf besar Yunani,
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mencapai kebenaran yang asli,
karena kebenaran mutlah di tangan Tuhan, atau dengan singkat dikatakan filsafat
adalah pengetahuan tentang segala yang ada. Lalu menurut Aristoteles yang
merupakan murid Plato, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi
kebenaran yang berisi ilmu metafisika, retorika, logika, etika, ekonomi,
politik dan estetika. Kemudian menurut Alfarabi yang merupakan filsuf besar
muslim yang memiliki gelar Aristoteles ke 2, filsafat adalah pengetahuan
tentang yang ada menurut hakikat yang sebenarnya. Kemudian menurut Hasbullah
Bakry, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat melahirkan
pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dicapai manusia. Dan yang
terakhir menurut Immanuel Kant yang merupakan filsuf barat dengan gelar raksasa
pemikir Eropa, filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang
meliputi isu-isu epistimologi (filsafat pengetahuan) yang menjawab pertanyaan
tantang apa yang dapat kita ketahui. Jadi filsafat adalah suatu ilmu pangkal
yang mendasari ilmu-ilmu lainnya, dan merupakan ilmu pencarian, karena filsafat
itu merupakan ilmu yang terus mencari kebenaran dengan menghubungkan segala
aspek yang ada dalam kehidupan ini. Sehingga penting kiranya kita untuk
mengatahui apa itu filsafat karena sesungguhnya kita telah berfilsafat dan akan
terus berfilsafat dalam menjalani kehidupan ini, banyak hal yang terjadi di
dunia ini yang harus terus kita cari hakekat dan kebenarannya.
Nah
itulah pengertian filsafat, tapi filsafat tidak sampai di situ saja, lalu
apakah yang menjadi persoalan filsafat? Nah, menurut Immanuel Kant persoalan
filsafat itu ada 4, yaitu: (1) apa yang dapat kita ketahui, yang dapat dijawab
oleh metafisika, (2) apa yang boleh kita kerjakan, yang dapat dijawab oleh
etika, (3) apa yang dinamakan manusia, yang dapat dijawab oleh antropologi, (4)
sampai dimana harapan kita, yang dapat dijawab oleh agama. Mari kita ulas
satu-satu, apa yang dapat kita ketahui itu kan dapat dijawab oleh metafisika, maksudnya
apa? Metafisika itu kan cabang ilmu filsafat yang mempelajari dan memahami
mengenai penyebab segala sesuatu sehingga hal tertentu menjadi ada, menurut
saya apa yang dapat kita ketahui itu adalah apapun yang dapat terlihat oleh
kita dan yang kita percayai bahwa sesuatu itu ada, mengapa demikian? Karena
sesuatu yang tidak dapat kita lihat tidak dapat kita ketahui, seperti contoh
kita tahu bahwa rodaitu berbentuk bulat karena kita dapat melihatnya dengan
mata kita bahwa roda itu memang berbentuk bulat. Tetapi, ada hal yang dapat
kita ketahui walaupun kita tidak dapat melihatnya, yaitu dengan cara kita
mempercayainya, saya mengetahui bahwa Allah itu ada, saya mengetahuinya bukan
karena saya melihat bentuk Allah, tetapi karena saya mempercayai bahwa Allah
ada yang didukung dengan segala kekuasaannya yang telah Ia tunjukkan, dengan
saya mempercayai hal tersebut maka saya mengetahui bahwa Allah memang
benar-benar ada, itulah mengapa apa yang dapat kita ketahui dapat dijawab oleh
metafisika. Selanjutnya apa yang boleh kita kerjakan, yang dapat dijawab oleh
etika. Sebelumnya kita harus mengetahui apakah etika itu? Etika adalah cabang
ilmmu filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standard dan penilaian moral. Maksudnya adalah, segala sesuatu yang boleh kita
kerjakan itu haruslah tidak melanggar etika, etika yang mengatur gerak kita apa
yang boleh kita lakukan dan apa yang boleh kita kerjakan, hal ini biasanya
berhubungan dengan kebiasaan warga setempat, kebiasaan warga setempat akan
mempengaruhi kita dalam berprilaku, apa yang kita kerjakan tidak boleh
melanggar nilai-nilai yang telah menetap dan berkembang di lingkungan tersebut,
oleh sebab itu mengapa apa yang dapat kita kerjakan dijawab oleh etika.
Selanjutnya apa yang dinamakan manusia, dapat dijawab oleh antropologi.
Sebelumnya kita harus mengetahui apakah antropologi itu? Antropologi adalah ilmu
tentang manusia masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia melalui
pengetahuan ilmu social dan ilmu hayati (alam). Maksudnya adalah, kita dapat
mengetahui apa itu manusia, hakikat manusia dengan cara kita mempelajari
antropologi, jika kita telah belajar antropologi dan mendalaminya maka
inshaAllah kita akan dapat mengetahui apa itu manusia. Dan yang terakhir adalah
sampai dimana harapan kita yang dapat dijawab oleh agama. Mengapa demikian?
Karena, apa yang kita harapkan itu hanya akan kita capai dengan kita mengikuti
jalan agama. Maksudnya adalah, contoh kita mengharapkan menjadi manusia yang
baik dan berguna, kita akan menjadi manusia yang baik jika apa yang kita
kerjakan adalah benar dan tidak bersinggungan dengan agama. Oleh sebab itu, apa
yang kita harapkan dapat dijawab oleh agama.
Nah
itulah yang menjadi persoalan filsafat, saya tertarik umtuk membahas mengenai apa
yang kita harapkan, sebelum kita mengetahui apakah yang kita harapkan, kita
harus mengetahui apa itu harapan. Berikut akan saya paparkan pengertian harapan
menurut para ahli. Averill dan kawan-kawan mendeskripsikan harapan sebagai
emosi yang diarahkan oleh kognisi dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (J.
Lopez, 2009:487). Stotland dan Gottschalk masing-masing mendeskripsikan harapan
sebagai keinginan untuk mencapai tujuan, sedangkan Gottschalk mendeskripsikan
tenaga positif yang mendorong seseorang untuk bekerja melalui keadaan yang
sulit (J. Lopez, 2009:487). Staat memandang harapan merupakan ekspektasi yang
berinteraksi dengan mengharapkan untuk mewujudkan kemungkinan dan berengaruh
pada tujuan yang dicapai (J. Lopez, 2009:487). Teori tentang harapan juga telah
dikembangkan oleh C.R Synder selama bertahun-tahun. Menurut Synder (Carr,
2004:90), harapan adalah kemampuan untuk merencanakan jalan keluar dalam upaya
mencapai tujuan walaupun adanya rintangan, dan menjadikan motivasi sebagai
suatu cara dalam mencapai tujuan. Kalau menurut saya sendiri, harapan itu adalah
bentuk dasar dari kepercayaan kita akan sesuatu yang kita inginkan agar
terwujud atau akan kita dapatkan atau suatu kejadian yang akan berbuah kebaikan
di waktu yang akan datang. Pada umumnya harapan itu berbentuk abstrak, ia tidak
tampak namun kita yakini bahkan harapan itu terkadang menempel dibatin kita dan
dijadikan sugesti oleh kita bahwa itu semua akan terwujud. Harapan menempati
posisi yang sangat penting dalam hidup kita, harapan menentukan masa depan kita
kelak, kita tidak akan bisa maju tanpa harapan, kita tidak akan bisa membangun
sebuah hubungan tanpa adanya harapan, kita tidak akan dapat menemukan tujuan
hidup kita tanpa harapan, dan kita tidak akan pernah dapat mencapai potensi
penuh kta tanpa adanya harapan. Jika kita memiliki harapan dalam hidup kita
pasti kita lebih bersemangat dalam menjalani hidup karena kita ingin mencapai
harapan kita tersebut. Contohnya dalah, misalkan ada seseorang bernama A, ia
memiliki penyakit kanker otak stadium 4 dan dokter telah memfonis bahwa
kesempatan hidup dia hanya 2 bulan saja, jika A tidak memiliki harapan pasti A
pasrah saja dalam menghadapi semuanya dan bahkan tidak melakukan usaha apapun
untuk mempertahankan hidupnya. Namun, jika A memiliki harapan untuk tetap
bertahan hidup agar ia dapat bertaubat dan membahagiakan orang tuanya, pasti
aka nada usaha yang A lakukan untuk mencapai harapannya tersebut, sehingga
kesempatan hidupnya akan bertambah.
Nah
itulah pengertian dari harapan, lalu siapakah yang memiliki harapan itu?
Jawabannya adalah manusia, setiap manusia pasti memiliki harapan, tidak ada
satupun manusia yang tidak meiliki harapan dalam hidupnya. Tetapi harapan
setiap orang pasti berbeda-beda, nah harapan-harapan itu menurut Snyder
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: (1) seberapa besar nilai
dari hasil yang diusahakan, (2) jalan keluar yang direncanakan dapat dipastikan
terhadap hasil dan keinginan yang sesuai tentang bagaimana keefektifan mereka
akan berhasil pada sesuatu yang dihasilkan, (3) pemikiran diri sendiri dan
seberapa efektif seseorang akan mengikuti jalannya dalam upaya mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Well (2000) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harapan yaitu: dukungan social,
kepercayaan religius, dan kontrol.
Jadi
manusialah yang memiliki harapan, dan setiap manusia pasti memiliki harapan
yang ingin ia capai dalam hidupnya. Tapi siapakah manusia itu sebenarnya?
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna karena manusia memiliki akal
fikiran. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya: “Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia, sesungguhnya manusia
itu amat zalim dan bodoh” (QS. Al-Ahdzab : 72). Jadi manusia adalah
satu-satunya makhluk hidup yang dibebani kewajiban untuk mentaati dan mematuhi
Allah dan RosulNya. Untuk itu Allah SWT memberikan kekuatan akal guna untuk
membedakan mana yang salah dan mana yang benar, mana yang baik dan mana yang
buruk. Jadi manusia adalah makhluk hidup yang berakal, manusia diberikan oleh Allah
SWT kemampuan untuk dapat belajar dan mengembangkan segala macam ilmu
pengetahuan, karena itulah ilmu manusia akan terus bertambah dari masa ke masa.
Telah kita ketahui bahwa manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT adalah
Nabi Adam AS dan Siti Hawa, awalnya Nabi Adam dan Siti Hawa berada di Surga,
tetapi karena beliau terhasut oleh bisikan syaitan maka beliau dikeluarkan dari
surga dan kemudian di tempatkan di bumi. Berikut firman Allah SWT “Hai Adam,
diamilah oleh kamu dan isterimu di surge ini, dan makanlah makanan-makanan yang
banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon
ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zamil” (QS. Al-Baqarah :
35), “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”
(QS. Qaaf : 16). Terdapat beberapa pengertian manusia yang telah dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya ialah: mnurut Nicolaus D dan A. Sudiarja, manusia
adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani
akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang. Menurut
Abieno J.I manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang
berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana. Menurut Omar Mohammad
Al-Toumy Al-Syaibany, manusia adalah makhluk yang paling mulia, manusia adalah
makhluk yang berfikir, dan manusia adalah makhluk yang memiliki 3 dimensi
(badan, akal dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor
keturunan dan lingkungan. Menurut Paula J. C dan Janet W. K, manusia adalah
makhluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, menge,ban tanggung jawab
atas keputusan yang hidup secara terus menerus serta turut menyusun pola
berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan. Begitulah
sejarahnya, jadi manusia adalah makhluk Allah yang memiliki akal fikiran,
manusia adalah khalifah di muka bumi yang awalnya manusia itu berada di Surga,
tetapi walaupun saat ini manusia berada di bumi tapi suatu saat kita pasti akan
kembali ke Surga.
Nah
itulah pengertian manusia, lalu apa sajakah karakteristik manusia itu?
Karakteristik manusia itu ada 5, yaitu: berprinsip, tegak, luwes, keseimbangan
dan konsistensi. Mari kita bahas satu persatu. Yang pertama adalah berprinsip,
prinsip itu apa? Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran
umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau sekelompok orang
sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Prinsip dikatakan benar-benar
prinsip saat telah teruji berulang kali tapi tetap melakukan hal yang sesuai
dengan prinsip kehidupanmu, tidak berubah karena keadaan apapun dan malah akan
menjadi gaya hidupmu. Tetapi prinsip berbeda dengan keras kepala, orang yang
berprinsip itu selalu membangun hidup di atas dasar prinsip kebenaran yang
hakiki atau mutlak sifatnya, dan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai yang
luhur seperti kejujuran, kebenaran, kesucian, dsb. Orang yang berprinsip tidak
pernah merasa malu untuk menunjukkan prinsip itu kepada orang-orang yang ada di
sekitarmu, bahkan kepada orang yang pada dasarnya tidak suka dan menentaang
prinsip kebenaran itu. Sedangkan orang yang keras kepala itu selalu menganggap
dan mendasari bahwa pemikirannya itu benar meskipun itu bertentangan dengan
prinsip nilai kebenaran. Seperti contoh, seseorang yang menganggap bahwa
mencontek itu benar dan dibolehkan, padahal hal itu tidak dibenarkan dan tidak
dibolehkan oleh lingkungan sekitar. Karakteristik yang kedua adalah tegak,
maksudnya adalah manusia itu tidak condong, berpegang teguh atau disebut juga
ajeg. Karakteristik yang ketiga adalah luwes, manusia tidak hanya berprinsip
dan tegak saja, tetapi manusia juga luwes, maksudnya adalah jika manusia itu
berprinsip dan tegak atau ajeg tetapi jika terdapat ketidaksinkronan antara
prinsipnya dengan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, kebenaran dan kesucian
dan sebagainya.
Nah
itulah karakteristik manusia, kembali lagi ke harapan. Setelah kita mengetahui
bahwa manusia lah yang memiliki harapan dan manusia itu memiliki karakteristik
berprinsip, tegak dan luwes. Lalu apakah harapan manusia itu? Tidak usah
jauh-jauh deh, harapan saya sendiri dalam menjalani hidup ini apa? Harapan saya
adalah menjadi manusia yang baik, dan dapat membahagiakan kedua orang tua saya.
Nah
itulah harapan saya, tapi orang baik itu seperti apa? Mengapa seseorang
dikatakan baik atau tidak baik? Menurut saya, seseorang untuk menjadi baik itu
haruslah benar dahulu. Maksudnya adalah jika seseorang telah berbuat benar dan
tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berkembang pada daerah tersebut,
maka orang tersebut adalah termasuk orang yang baik.
Harapan
itu merupakan visi, lalu apakah visi itu sebenarnya? Dan apakah bedanya visi
dengan misi? Kita mulai dari visi. Terdapat beberapa pengertian visi yang telah
dikemukakan oleh para ahli, diantaranya ialah pengertian visi menurut Wibisono
(2006:43) menurutnya visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita
atau impian sebuah organisasi atau seseorang yang ingin dicapai di masa depan,
atau dapat dikatakan bahwa visi itu merupakan pernyataan want to be dari organisasi atau seseorang, visi juga merupakan hal
yang sangat krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan
jangka panjang. Selanjutnya Nawawi (2000:122) mengemukakan bahwa visi adalah
pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan
pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok
masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan
cita-cita masa depan. Jadi dapat disimpilkan bahwa visi adalah gambaran dari
tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga atau perusahaan di masa depan.
Selanjutnya adalah pengertian misi, terdapat beberapa pengertian misi yang
telah dikemukakan oleh para ahli. Arman (2008) mengemukakan bahwa misi adalah
kumpulan pertanyaan yang mencerminkan hal-hal yang tengah atau hendak dijadikan
atau akan dicapai dalam waktu dekat. Wibisono (2006) mengemukakan bahwa misi
adalah penetapan target atau tujuan perusahaan untuk waktu yang singkat yang
umumnya satu hingga tiga tahun. Drucker (2000) mengemukakan bahwa misi adalah
sebab utama kehadiran suatu perusahaan. Pernyataan bisnis utamanya pada
tingkatan unit bisnis akan mempengaruhi batas dan maksud dari kegiatan bisnis
suatu perusahaan. Dan yang terakhir adalah pengertian misi menurutWhelen,
menurutnya misi ialah suatu deretan kalimat yang menjelaskan tujuan atau sebab
keberadaan suatu perusahaan yang berisikan hal-hal yang ditawarkan perusahaan
untuk konsumen bisa berbentuk produk maupun layanan. Dapat disimpulkan, jadi
misi itu sendiri ialah suatu cara untuk mencapai suatu tujuan, kadang kala misi
perlu dirubah sedemikian rupa jika visi belum juga tercapai. Atau bisa juga
dikatakan bahwa visi itu merupakan keinginan yang akan tercapai pada suatu
lembaga atau individu dalam usaha untuk dapat mencapai tujuan yaitu visi yang
telah direncanakan. Dalam mencapai apa yang telah anda inginkan haruslah
memiliki tekat atau keinginan yang kuat sebagai dasar pencapaian visi yang
diinginkan. Nah itulah pengertian visi dan misi, lalu apakah perbedaanya antara
visi dan misi? Kalau visi itu merupakan suatu tujuan, hal yang direncanakan
untuk masa depan suatu organisasi atau cita-cita yang ingin dicapai. Visi pada
dasarnya hanya terdiri dari beberapa kalimat saja tetapi jelas akan maksud dan
tujuannya. Sedangkan misi itu merupakan langkah-langkah yang kita lalui untuk
dapat membantu mewujudkan visi yang telah kita tetapkan. Misi biasanya memiliki
kalimat pernyataan yang tidak singkat karena menjabarkan apa yang akan kita
lakukan untuk mencapai atau memenuhi visi tersebut.
Nah
itulah pengertian visi dan misi, juga perbedaan diantara keduanya. Jadi bisa
disimpulkan bahwa visi itu merupakan harapan, atau dengan kata lain harapan
adalah visi. Pada paragraf sebelumnya telah saya sebutkan apa saja harapan
saya, lalu apakah misi saya untuk mencapai harapan atau visi saya tersebut?
Misi saya untuk mencapai harapan atau visi saya “menjadi manusia yang baik dan
dapat membahagiakan kedua orang tua” adalah: (1) mematuhi segala perintah Allah
dan menjauhi segala larangan Allah, (2) mematuhi dan tidak melanggar norma dan
nilai yang berkembang dalam masyarakat, (3) berdo’a, berusaha (belajar),
tawakal, (4) berbuat baik terhadap orang lain baik yang bersifat mendasar,
mutlak dan bisa secara eksplisit disaksikan dan/atau dirasakan oleh orang lain.
Maupun yang bersifat mendukung dan lebih samar karena tidak bisa secara
langsung ditangkap oleh indera. Nah itulah misi saya, tetapi saya pernah
membaca sebuah artikel tentang cara untuk dapat mencapai harapan. Berikut akan
saya paparkan: (1) kenali diri kita sendiri, sebelum kita menentukan impan atau
harapan kita, pertama kali kita harus mengenali dulu diri kita sendri, apa yang
menjadi kelebihan dan kekurangan kita. Kita harus menggali potensi yang kita
miliki dan berusaha untuk bisa menerima kelemahan dan berusaha untuk
memperbaikinya; (2) berani membuat harapan, harapan itu bukanlah sekedar
hayalan yang tidak mungkin diwujudkan, tetapi ini adalah harapan nyata dari
kita yang ke depannya akan kita wujudkan. Harapan ini lah yang merupakan tujuan
hidup kita ke depannya nanti, karena harapan ini kita buat untuk bisa kita
wujudkan, jadi bukan omong kosong dan harapan semu saja. Mulai sekarang
tentukanlah harapan anda untuk ke depannya nanti yang bisa memotivasi anda
untuk bisa mewujudkannya; (3) fokus dan konsistenlah dalam mencapai tujuan; (4)
rajinlah berlatih dan kembangkan diri anda; (5) belajar dari pengalaman orang
sukses; (6) rajinlah berdoa dan memperkuat iman; (7) tingkatkanlah
kretifitasmu.
Nah
itulah misi saya, lalu apakah orang baik memiliki harapan dalam hidupnya? Sebelum
kita mengetahui apakah orang baik itu memiliki harapan dalam hidupnya, kita
harus mengetahui dahulu mengapa seseorang dikatakan orang baik atau manusia
yang baik. Allah berfirman, yang artinya “dan belanjakanlah (harta bendamu) di
jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,
dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik” (QS. Al-Baqarah:195). Selanjutnya ada lagi firman Allah yang
artinya “karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala
yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS.
Ali’Imraan:148). “…maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Maa-idah:13). “tidak ada
dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalah ang saleh karena
memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertaqwa serta
beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang sakeh, kemudian mereka tetap
bertaqwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertaqwa dan berbuat
kebajikan. Dan Allag menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS.
Al-Maa-idah 5:93). Menurut saya, manusia yang baik itu adalah manusia yang
selalu mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan Allah; mematuhi dan tidak
melanggar norma dan nilai yang berkembang dalam masyarakat; berdo’a, berusaha
(belajar), bertawakal; dan yang terakhir ialah selalu berbuat baik terhadap
orang lain baik yang bersifat mendasar, mutlak dan bisa secara eksplisit
disaksikan dan dirasakan oleh orang lain, maupun yang bersifat mendukung dan
lebih samar karena tidak bisa secara langsung ditangkap oleh indera. Lalu
apakah yang dimaksud dengan berbuat baik yang bersifat mendasar dan berbuat
baik yang bersifat mendukung? Berbuat baik yang bersifat mendasar itu,
kebaikannya langsung dan dapat dengan mudah dirasakan oleh orang lain,
contohnya ialah: ramah (friendly),
murah hati (generous), lembut (gentle), peduli (caring), suka menolong (helpful),
penuh kasih (loving), rendah hati (humble), penyabar (patient), ceria dan periang (joyful
and light-hearted), dan yang terakhir ialah suka berterimakasih (greatful), seseorang yang memiliki
karakteristik tersebut dapat dengan mudah mendapatkan julukan “orang baik”. Nah
untuk kategori yang kedua (berbuat baik yang bersifat mendukung) ini tidak
dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh seseorang, sehingga meskipun
ciri-ciri tersebut dimiliki seseorang, orang lain tidak dengan mudah
menyebutnya baik. Contohnya adalah: jujur (honest),
terpercaya (trustworthy), tulus (sincere), peka atau memikirkan orang
lain (thoughtful or considerate),
bertanggungjawab (responsible),
menghormati (respectful), toleran (tolerant), setia (loyal, faithful), pemaaf (forgiving),
belas kasih (compassionate, sympathetic),
tidak menghakimi (non-judgmental),
berpikiran positif (positive thinking),
optimis (optimistic), dan andal (reliable).
Mari
kita lanjutkan, seseorang yang telah dikatakan baik, pasti memiliki harapan
lain dalan hidupnya dan pasti akan berusaha untuk dapat mencapai harapannya
tersebut. Lalu bagaimana dengan orang yang tidak baik ataupun orang jahat?
Apakah mereka memiliki harapan dalam hidupnya? Sebelumnya kita harus dapat
membedakan terlebih dahulu antara orang tidak baik dengan orang yang jahat.
Menurut saya orang yang tidak baik itu belum tentu jahat, orang tidak baik
tidak akan merugikan orang lain, mereka hanya berbuat sesuatu yang tidak sesuai
dengan norma dan nilai tetapi tidak sampai merugikan orang lain, contohnya
adalah: tidak sholat, tidak puasa, tidak bersalaman dengan orang tua dan tidak
mengucapkan salam ataupun tidak berdoa saat hendak memulai ataupun sesudah melakukan
sesuatu. Nah kalau orang jahat itu
menurut saya, mereka sudah pasti tidak baik dan bahkan merugikan orang lain,
contohnya adalah: mencontek lalu mendapatkan nilai yang lebih tinggi
dibandingkan teman lainnya, merokok di tempat umum kemudian asapnya terhirup
oleh orang lain yang mana asap rook tersebut sangatlah berbahaya bagi tubuh
kita. Nah itulah perbedaannya antara orang yang tidak baik dan orang jahat,
lalu apakah orang yang tidak baik dan orang jahat memiliki harapan dalam
hidupnya? Ya, pastinya mereka memiliki harapan yang ingin mereka capai dalam
kehidupannya, hanya saja mungkin cara yang mereka tempuh itu ada beberapa yang
tidak sesuai. Contohnya ialah, seseorang yang belum memiliki cap “jahat”
memiliki harapan untuk menjadi seorang yang kaya raya, lalu ia berusaha untuk
dapat mewujudkan harapannya tersebut, tapi langkah yang mereka tempuh itu tidak
sesuai yaitu dengan cara mencuri, sedangkan mencuri itu adalah perbuatan yang
salah dan merugikan orang lain yang kita curi, setelah orang tersebut mencuri
maka orang tersebut mendapatkan cap “orang jahat” karena ia telah melakukan
suatu perbuatan yang merugikan orang lain.
Kembali
lagi pada harapan saya, tadi telah saya sampaikan bahwa harapan saya adalah
saya ingin menjadi manusia yang baik dan dapat membahagiakan orang tua. Nah
setelah saya mencapai harapan saya tersebut apakah yang akan saya rasakan?
Setelah saya mencapai harapan saya tersebut saya pasti akan merasa gembira.
Lalu apakah gembira itu? Gembira itu merupakah bagian dari emosi yang
seringkali dirasakan oleh manusia. Kata emosi berasal dari bahsa Latin, yaitu
emorve yang berarti menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002:411)
emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis
dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Menurut Caplin,
emosi ialah suatu keadaan yang terangsang dari organisme yang mencakup
perubahan-perubahan yang disadari, yang sifatnya mendalam dari perubahan
perilaku tersebut. Chaplin juga membedakan emosi dengan perasaan dan dia
mengatakan bahwa perasaan adalah pengalaman yang disadari, yang diaktifkan baik
itu oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Soergada Poerbakawatja mengemukakan bahwa emosi adalah respons terhadap suatu
perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis sidertai perasaan yang kuat
dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respons demikian terjadi
baik terhadap perasaan-perasaan eksternal maupun internal. Dengan pengertian
emosi menurut Soergada ini terlihat jelas perbedaan antara perasaan dengan
emosi, bahkan terlihat jelas bahwa perasaan termasuk ke dalam emosi atau
menjadi bagian dari emosi. Jadi dapat kita tarik kesimpulan bahwa emosi adalah reaksi
individu terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh
emosi sedih yang mendorong perubahan hati seseorang untuk menangis dan ada juga
emosi gembira yang mendorong perubahan hati seseorang, sehingga secara fisiologi
terlihat tertawa. Jadi gembira itu merupakan salah satu bagian dari emosi yang
dipengaruhi oleh rangsangan baik dari dalam maupun dari luar diri manusia
tersebut.
Nah
itu dia yang dinamakan emosi gembira. Lalu bagaimana cara kita menilai seseorang
sedang gembira atau bersedih? Dapatkah kita mengukur hati seseorang? Terntu
saja kita bisa mengukur hati seseorang, suasana hati seseorang dapat kita ukur
dari raut wajahnya, pada umumnya orang yang sedang gembira raut wajahnya akan
berseri-seri dan tersenyum bahkan tretawa, orang yang sedang bersedih raut
wajahnya akan murung bahkan tak jarang kita melihat genangan air mata disekitar
matanya, lalu orang yang sedang raut wajahnya akan terlihat seperti membara,
tatapannya tajam dan wajahnya akan memerah. Hal tersebut dikarenakan hati kita
mendapatkan rangsangat baik dari luar maupun dari dalam diri yang membuatnya
merasakan sedih, gembira, maupun marah. Lalu hati kita mengirimkan
sinyal-sinyal kimiawi kepada otak kita, lalu otak kita menterjemahkan sinyal-sinyal
tersebut yang kemudian direspon oleh anggota tubuh kita sehingga terwujudlah
ekspresi-ekspresi tersebut. MasyaAllah, begitu sempurnanya Allah menciptakan
kita, masih banyak lagi emosi yang kita rasakan dalam kehidupan ini, tapi emosi
apapun yang kita rasakan janganlah kita berlama-lama terlarut di dalamnya.
Allah SWT telah berfirman yang artinya: “Allah tidak membebankan seseorang
melainkan dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah:286). “sesungguhnya setelah
kesulitan itu pasti ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah:6). “Dan mintalah
pertolongan (kepada Allah) dengan jalan yang sabar dan dengan mengerjakan
solat; dan sesungguhnya solat itu amalan yang berat kecuali kepada orang-orang
yang khusyuk” (QS. Al-Baqarah:45). “janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah
pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
derajatnya jika kamu orang-orang yang beriman” (Ali-Imran:139). “dan jika kamu
membalas kejahatan (pihak lawan), maka hendaklah kamu membalas dengan kejahatan
yang sama seperti yang telah ditimpakan kepada kamu, dan jika kamu bersabar,
(maka) sesungguhnya yang demikian itu adalah lebih baik bagi orang-orang yang
sabar” (QS. Al-Nahl:126). Selain itu, berlama-lama sedih juga tidak baik, lebih
baik kita tersenyum karena senyum memiliki sangat banyak manfaat, diantaranya
adalah: (1) Dra. Tieneke Syaraswati, S.Psi, S.Ed, M.Fil, A.Andr seorang
psikologi dan dosen FKUI mengatakan bahwa jika kita tersenyum maka tubuh akan
menghasilkan hormon endorphin yang baik untuk otak dan membuat kita menjadi
tenang ; (2) senyum akan mengaktifkan sejumlah elemen tubuh yang memicu
pelepasan dopamin, hormon penumbuh rasa bahagia; (3) penelitian juga
menunjukkan bahwa kalau kita senyum, tubuh kita juga akan melepaskan hormon
endorphin, natural pain killer, semacam penghilang nyeri, dan serotonin.
Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan pada perasaan dan pikiran kita. Kita
akan merasa lebih nyaman, tenang, senang, gembira, dan bahkan mengurangi rasa
sakit yang diderita; (4) senyum mempercepat proses penyembuhan. Senyum (dan
tertawa juga) bisa mengurangi produksi hormone efinefrin dan kortisol. Hormone
ini memiliki pengaruh memperlambat proses penyembuhan. Selain itu, senyum juga
membuat tubuh menghasilkan hormon endorphin serta serotin yang merupakan
hormone pengendali rasa nyeri. Oleh karena itu senyum dapat mengurangi rasa
nyeri dan mempercepat proses penyembuhan, selain itu kekebalan tubuh pun akan
meningkat; (5) penelitian yang dilakukan oleh sekelompok ilmuwan dari
University Of California Medical menjelaskan ada dua jenis “stress” yang
merupakan stress baik dan stress buruk. Senyum dan tawa dikategorikan sebagai
stress baik untuk menempatkan tekanan pada system kekebalan tubuh. Dalam studi
di atas, dua kelompok orang dewasa digunakan sebagai eksperimen. Kelompok
pertama menunjukkan cerita-cerita lucu, sementara kelompok ke dua ditempatkan
di sebuah ruangan tanpa melakukan apa-apa. Darah sampel diambil 10 menit
sebelun dan setelah penelitian dibuat. Dari hasil sampel darah, kelompok
pertama lebih baik adalah peningkatan hormon seperti “endorphin” hormon dan
“neurotransmitter” hormon, dan tingkat penurunan hormon stress “cortison” dan
“adrenalin”. Dari firman Allah SWT di atas, kita dapat mengambil hikmahnya,
bahwa jika kita sedang bersedih maupun marah janganlah kita berlarut-larut
dalam kesedihan itu, dan janganlah kita membalas kejahatan orang lain kepada
kita yang telah membuat kita marah maupun bersedih, karena sesungguhnya bersabar
adalah lebih baik. Jika kita merasakan emosi gembira bahkan sedih sekalipun,
ingatlah selalu Allah.
Nah
itulah macam-macam emosi, dan emosi gembira yang seseorang rasakan ketika ia
telah dapat mencapai harapannya. Jika seseorang telah dapat mencapai
harapannya, maka hal apa yang akan orang tersebut lakukan? Setelah seseorang
dapat mencapai harapannya, tentunya orang tersebut akan bersuka cita, dan ia
akan membuat harapan-harapan lainnya. Lalu mengapa seseorang tidak pernah
berhenti berharap dalam hidupnya? Bahkan seseorang yang kita anggap telah
“sempurna” sekalipun pasti memiliki harapan-harapan dalam hidupnya. Hal ini
karena memang manusia memiliki sifat tidak pernah puas dalam hidupnya, Allah
SWT telah berfirman yang artinya: “…dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh
angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu
terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu” (QS. Al-Hadid :14). “maka kamu
minum seperti unta yang sangat haus minum” (QS. Al-Waqiah : 55). “dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya
Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Am-Nahl : 18).
“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas” (QS. Al-alaq :
6). Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “seandainya
manusia diberi dua lembah yang berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah
ketiga. Yang bisa memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. Allah tentu akan
menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat” (HR. Bukhari no. 6436). Jadi, memang sudah ada dalam Al-Qur’an bahwa
manusia itu memang memiliki sifat yang tidak pernah puas, bahkan terdapat
beberapa kasus yang menunjukkan sifat ketidak puasan manusia. Contohnya adalah
kasus yang masih cukup hangat yaitu kasusnya Dimas Kanjeng, beliau membuka
praktek penggandaan uang yang lumayan banyak korbannya, kebanyakan korbannya
adalah orang-orang yang sudah sangat berkecukupan, tetapi mereka masih saja
tidak pernah puas akan apa yang telah mereka miliki, akhirnya mereka
menggandakan uangnya bermiliar-miliar kepada Dimas Kanjeng. Menurut saya
terdapat beberapa alasan anpa manusia ingin lebih dan tidak pernah puas,
diantaranya ialah : (1) manusia selalu membandingkan dirinya dengan orang lain
yang lebih tinggi dari dirinya, baik itu dalam kondisi keuangan, emosional, social,
dan intelektual, sehingga mereka menjadi terinspirasi untuk menjadi seperti itu
atau bahkan melebihi itu, maka tak heran jika mereka menghalalkan segala cara
untuk mendapatkannya; (2) kita tidak mensyukuri atas apa yang telah Allah
berikan pada kita, kita merasa minder dan tidak bahagia dengan apa yang telah
kita miliki, kita selalu ingin menjadi orang lain dan jarang fokus pada bakat
dan kemampuan kita sendiri; (3) keingintahuan manusia yang tidak terbatas dan
selalu penasaran untuk mengetahui lebih lanjut tentang objek atau pengalaman
yang baru dan asing bagi kita; (4) Ambisi manusia tidak pernah mengenal batas
apapun, ambisi memang baik tapi jika cara kita dalam memenuhi ambisi kita itu
salah maka hasil yang didapat pun akan tidak sesuai; (5) manusia selalu ingin
berubah menjadi lebih baik, selalu menginginkan adanya perubahan dalam hidupnya,
manusia selalu merasa bosan atas apa yang telah ia miliki dan ia selalu
menginginkan hal yang baru; (6) manusia tidak pernah puas, salah satu alasannya
ialah karena ia ingin menyenangkan orang-orang disekitarnya yang ia sayangi dan
yang menyayanginya, mereka mencoba untuk merebut perhatian semua orang demi
sebuah penilaian. Saat kita mencoba untuk membuat orang lain bangga terhadap
kita, saat itu kita lupa bahwa mereka sama dengan kita, yang sama-sama memiliki
sifat tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dimilikinya. Jadi, cobalah
untuk meningkatkan citra diri kita dengan menciptakan kesan yang lebih baik
pada orang lain tetapi tidak mengarak ke kepuasan apapun; (7) manusia juga
mudah terpengaruh dengan persepsi masyarakat, yang mana jika orang-orang yang
memiliki banyak harta mereka dipuji-puji dan kita didorong-dorong oleh orang
sekitar kita untuk bekerja lebih keras agar dapat menghasilkan lebih banyak.
Sungguh hal ini sangatlah tidak disukai oleh Allah dan tidak baik untuk kita
lakukan. Oleh sebab itu, mulai saat ini jadilah diri sendiri, tidak perlu
terpengarung dengan lingkungan sekitar, perbanyaklah bersyukur dengan mengucap
“Alhamdulillah” agar kita terhindar dari godaan syaitan, dan membuat kita
menjadi kufur nikmat. Nabi Muhammad SAW telah bersabda, yang artinya :
“kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang
hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup” (HR. Bukhari no. 6446 dan Muslin
no 1051).
Nah itulah penjelasan
mengenai manusia yang memiliki harapan dan tidak pernah berhenti untuk
berharap. Oleh sebab itu, kita harus mempelajari filsafat, agar apa yang kita
harapkan adalah bukan hanya keinginan semata tetapi akan dapat kita capai
dengan cara yang benar. Lalu bagaimanakah cara atau pendekatan untuk
mempelajari filsafat? Terdapat 3 cara atau pendekatan untuk mempelajari
filsafat, yaitu: (1) masa lalu (sejarah), pendekatan ini berusaha memahami
filsafat dengan melihat aspek sejarah dan perkembangan pemikiran filsafat dari
waktu ke waktu dengan melihat kecenderungan-kecenderungan umum sesuai dengan
semangat zamannya. Kemudian dilakukan periodisasi untuk melihat perkembangan
pemikiran filsafat secara kronologis; (2) masa kini (yang bertema ontologi,
episimologi dan aksiologi), yang pertama akan kita bahas adalah ontologis, apa
itu ontologi? Ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu onta yang berarti
“yang berada” dan logi yang berarti “ilmu pengetahuan atau ajaran”, maka ontologi
adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang keberadaan. Jadi ontologi adalah
teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas atau yang mengkaji
tentang hakikat segala yang ada, realitas ialah kenyataan yang selanjutnya
menjurus pada suatu kebenaran. Selanjutnya adalah epistimologi, epistimologi
berasal dari bahasa Yunani yaitu: episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu yang
sistematis, teori). Secara terminology, epistimologi adalah teori atau ilmu
pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang
berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau sah berlakunya
pengetahuan itu. Beberapa ahli mencoba mendefinisikan epistimologi, diantaranya
adalah menurut P. Hardono Hadi, epistimologi adalah cabang filsafat yang
mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skop pengetahuan. Menurut D.W
Hamlyin epistimologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, dasar pengandaian-pengandaian serta secara umum hal itu
dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan. Jadi
epistimologi adalah studi tentang pengetahuan, bagaimana kita mengetahui
benda-benda. Yang terakhir adalah aksiologi, aksiologi adalah bidang yang
mempelajari nilai-nilai, ada 3 bagian yang membedakan didalam aksiologi, yakni
moral conduct, asthetic conduct, dan socio-political life. Aksiologi terbagi
menjadi 6 pandangan yaitu: (a) naturalism, yang menyatakan ukuran baik buruk
ialah sesuai tidaknya perbuatan tersebut dengan fitrah manusia; (b) hedonism,
yang menyatakan bahwa ukuran baik buruk ialah sejauh mana suatu perbuatan
mendatangkan kenikmatan (hedone) bagi manusia; (c) vitalisme, yaitu ukuran baik
buruk ditentukan oleh sejauh mana suatu perbuatan tersebut dapat mendorong
manusia untuk hidup lebih maju; (d) ultitawianisme, ukuran baik buruk
ditentukan oleh ada tidaknya suatu perbuatan mendatangkan manfaat bagi manusia;
(e) idealism, ukuran baik buruk ditentukan oleh sesuai tidaknya sesuatu
perbuatan dengan konsep ideal (rancangan bangun) pikiran manusia; (f) teologis,
baik buruknya suatu perbuatan ditentukan oleh sesuai tidaknya suatu perbuatan
dengan ketentuan agama (teos=Tuhan, agama). Jadi aksiologi adalah bidang yang
mempelajari mengenai nilai dan hakikat nilai.
Nah itu adalah cara
atau pendekatan untuk mempelajari filsafat, lalu apa hubungannya atau korelasi
antara filsafat dengan pendidikan? Dan apa korelasinya antara filsafat dengan
ilmu? Hubungan antara filsafat dengan ilmu adalah, filsafat ada semenjak
manusia ada, filsafat ada karena manusia mulai bertanya-tenya dalam hidupnya,
sehingga keingintahuannya itu mendorongnya untuk mencari tahu sehingga
terciptalah suatu kebenaran yang mengalahkan mitos-mitos yang beredar. Ilmu
yang pertama kali muncul adalah filsafat, yang kemudian disusul dengan
ilmu-ilmu lain, mengapa demikian? Karena filsafat adalah ilmu dari segala ilmu,
semua pertanyaan yang terdapat dalam ilmu-ilmu lain dapat dijawab oleh
filsafat, nah itulah hubungannya antara filsafat dengan ilmu. Lalu apa
hubungannya antara filsafat dengan pengetahuan? Hubungannya adalah, filsafat
mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu
realitas atau bidang tertentu. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan,
dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu
mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan
berkembang. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam
mempertanggung jawabkan ilmunya. Pertanggung jawaban secara rasional di sini
berarti bahwa setiap langkah-langkag harus terbuka terhadap segala pertanyaan
dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan
argument-argumen yang obyektif. Nah itulah hubungan antara filsafat dengan
pengetahuan dan hubungan antara filsafat dengan ilmu.