Sabtu, 03 Desember 2016

KLASIFIKASI KESULITAN BELAJAR



1.            Klasifikasi Kesulitan Belajar Menurut Dr. Mulyono Abdurrahman ( 2003 : 11 ):
1)      Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities)
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan umumnya sukar diketahui, baik oleh orang tua maupun guru karena tidak ada pengukuran-pengukuran yang sistematik seperti halnya dalam bidang akademik. Kesulitan belajar kelompok ini sering tampak sebagai kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya keterampilan prasyarat, yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk keterampilan berikutnya. Meskipun beberapa kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering berkaitan dengan kegagalan dalam pencapaian prestasi akademik, hubungan antara keduanya tidak selalu jelas. Ada anak yang gagal dalam membaca yang menunjukkan ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual  motorik, tetapi ada pula yang dapat belajar membaca meskipun memiliki ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motorik. Kesulitan yang berhubungan dengan perkembangan sering tampak sebagai kesulitan belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya ketrampilan prasyarat (prerequisite skills), yaitu keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat menguaai bentuk keterampila berikutnya. Sedangkan untuk mencapai prestasi akademik yang memuaskan, seorang anak memerlukan keterampilan prasyarat. Anak yang memperoleh prestasi belajar yang rendah karena kurang menguasai keterampilan prasyarat, umumnya dapat mencapai prestasi tersebut.
2)      Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities)
Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan tersebut meliputi keterampilan dalam membaca (dyslexia), keterampilan dalam menulis (dysgraphia), dan keterampilan dalam mata pelajaran matematika atau berhitung (dyscalculia). Kesulitan belajar akademik dapat diketahui  oleh guru atau orang tua ketika anak gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik.
2.            Klasifikasi Kesulitan Belajar Menurut Kirk & Gallagher (1986):
1)      Developmental Learning Disabilities
a.       Perhatian (attention disorder) Anak dengan attention disorder akan berespon pada berbagai stimulus yang banyak. Anak ini selalu bergerak, sering teralih perhatiannya, tidak dapat mempertahankan perhatian yang cukup lama untuk belajar dan tidak dapat mengarahkan perhatian secara utuh pada sesuatu hal.
b.      Memory Disorder : Ketidakmampuan untuk mengingat apa ynag telah dilihat atau didengar ataupun dialami. Anak dengan masalah memori visual dapat memiliki kesulitan dalam me-recall kata-kata yang ditampilkan secara visual. Hal serupa juga dialami oleh anak dngan masalah pada ingatan auditorinya yang mempengaruhi perkembangan bahasa lisannya.
c.       Gangguan persepsi visual dan motorik : Anak-anak dengan gangguan persepsi visual tidak dapat memahami rambu-rambu lalu lintas, tanda panah, kata-kata yang tertulis, dan symbol visual yang lain. Mereka tidak dapat menangkap arti dari sebuah gambar atau angka atau memiliki pemahaman akan dirinya.
d.      Thinking Disorder : Merupakan kesulitan dalam operasi kognitif pada pemecahan masalah pembentukan konsep dan asosiasi. Thinking disorder berhubungan dengan gangguan dalam berbahasa verbal.
e.       Language Disorder : Merupakan kesulitan belajar yang paling umum dialami pada anak pra-sekolah. Biasanya anak-anak ini tidak berbicara atau berespon dengan benar terhadap instruksi atau pernyataan verbal.
2)      Academic Learning Disabilities
Academik Learning Disabilities adalah kondisi yang menghambat proses belajar yaitu dalam membaca, mengeja, menulis, atau menghitung. Ketidakmampuan ini muncul pada saat anak menampilkan kinerja di bawah potensi akademik mereka. Ada klasifikasi lain yang berdasarkan dari jenis gangguan atau kesulitan yang dialami anak yaitu:
a.       Dispraksia, merupakan gangguan pada keterampilan motorik, anak terlihat kurang terampil dalam melakukan aktivitas motorik. Seperti sering menjatuhkan benda yang dipegang, sering memecahkan gelas kalau minum.
b.      Disgraphia, kesulitan dalam menulis ada yang memang karena gangguan pada motoris sehingga tulisanya sulit untuk dibaca orang lain, ada yang sangat lambat aktivitas motoriknya, dan juga adanya hambatan pada ideo motorik sehingga sering salah atau tidak sesuai apa yang dikatakan dengan yang ditulis.
c.       Diskalkulia, adalah kesulitan dalam menghitung dan matematika hal ini sering dikarenakan adanya gangguan pada memori dan logika.
d.      Disleksia, merupakan kesulitan membaca baik membaca permulaan maupun pemahaman.
e.       Disphasia, kesulitan berbahasa dimana anak sering melakukan kesalahan dalam berkomunikasi baik menggunakan tulis maupun lisan.
f.       Body awarness, anak tidak memiliki akan kesadaran tubuh sering salah prediksi pada aktivitas gerak mobilitas seperti sering menabrak bila berjalan.
3.            Klasifkasi Gangguan Belajar Berdasarkan Penyebab
Ketidakmampuan belajar dapat dikategorikan baik oleh jenis pengolahan informasi yang dipengaruhi atau oleh kesulitan tertentu yang disebabkan oleh defisit pengolahan. Gangguan berdasarkan tahap pengolahan informasi, ketidakmampuan belajar termasuk dalam kategori berdasarkan pada empat tahap pengolahan informasi yang digunakan dalam pembelajaran:. Input, integrasi, penyimpanan, dan output
a.       Input : adalah informasi yang dirasakan melalui indera, seperti penglihatan dan pendengaran persepsi. Kesulitan dengan persepsi visual dapat menyebabkan masalah dengan mengenali bentuk, posisi dan ukuran barang-barang yang terlihat. Ada dapat masalah dengan sequencing, yang dapat berhubungan dengan defisit dengan interval waktu pemrosesan atau persepsi temporal. Kesulitan dengan persepsi pendengaran dapat membuat sulit untuk menyaring suara bersaing dalam rangka untuk fokus pada salah satu dari mereka, seperti suara guru. Beberapa anak tampaknya tidak dapat memproses masukan taktil. Misalnya, mereka mungkin tampak tidak sensitif terhadap rasa sakit atau tidak suka disentuh.
b.      Integrasi : adalah tahapan di mana masukan dirasakan ditafsirkan, dikategorikan, ditempatkan secara berurutan, atau terkait dengan pembelajaran sebelumnya. Siswa dengan masalah di daerah-daerah mungkin tidak dapat menceritakan sebuah cerita dalam urutan yang benar, tidak dapat mengingat urutan informasi seperti hari-hari dalam seminggu, mampu memahami sebuah konsep baru, tetapi tidak dapat menggeneralisasikannya ke area lain dari pembelajaran, atau dapat mempelajari fakta-fakta, tetapi tidak dapat menempatkan fakta bersama untuk melihat “gambaran besar.” Sebuah kosakata miskin dapat menyebabkan masalah dengan pemahaman.
c.       Penyimpanan: Masalah dengan memori dapat terjadi dengan memori jangka pendek atau bekerja, atau dengan memori jangka panjang. Kesulitan memori paling banyak terjadi di wilayah memori jangka pendek, yang dapat membuat sulit untuk mempelajari materi baru tanpa banyak pengulangan yang lebih daripada biasanya. Kesulitan dengan memori visual dapat menghambat belajar mengeja.
d.      Output: Informasi keluar dari otak baik melalui kata-kata, yaitu, bahasa output, atau melalui aktivitas otot, seperti menunjuk, menulis atau menggambar. Kesulitan dengan output bahasa dapat membuat masalah dengan bahasa lisan, misalnya, menjawab pertanyaan pada permintaan, di mana seseorang harus mengambil informasi dari penyimpanan, mengatur pikiran kita, dan menaruh pikiran ke dalam kata-kata sebelum kita berbicara. Hal ini juga dapat menyebabkan masalah dengan bahasa yang ditulis untuk alasan yang sama. Kesulitan dengan kemampuan motorik dapat menyebabkan masalah dengan keterampilan motorik kasar dan halus. Orang dengan kesulitan motorik kasar mungkin canggung, yaitu, mereka mungkin rentan terhadap tersandung, jatuh, atau menabrak sesuatu. Mereka juga mungkin mengalami kesulitan berjalan, memanjat, atau belajar naik sepeda. Orang dengan kesulitan motorik halus mungkin mengalami kesulitan mengancingkan kemeja, mengikat tali sepatu, atau dengan tulisan tangan.
 Dapus :
Abdurrahman Mulyono. 2010. Pendidikan Bagi Nak Kesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar