Al-farabi
Abu Nasr Muhammad ibn
Muhammad ibn Tarkhan ibn Awzalagh al-Farabi lahir sekitar tahun 870 dan
meninggal dunia tahun 950. Tidak diketahui banyak mengenai hidupnya, dikabarkan
bahwa ia mengenal lebih dari tujuhpuluh bahasa. Ia lahir di Turkestan dan
mempelajari bahasa Arab di Baghdad, kemudian pergi ke Damsyik, Mesir, Harran
dan Aleppo. Ia meninggal dunia di Damsyik atau terbunuh di jalan dari Damsyik
ke Askalon.
Al-Farabi sungguh ahli
filsafat dan logika serta teori musik. Ia menulis dengan singkat, teliti dan
tepat, tidak suka mengulang-ulangi diri. Ketujuhpuluh buku hasil penanya hampir
semua ditulis sesudah ia berumur limapuluh tahun. Sebagai ahli teori musik ia
menulis Buku besar Musik. Buku yang paling dikenal ialah: al-Madina al-fadila
(Kota berkebajikan). Ia khusus dikenal karena sanggup mengerti dan memberi
keterangan tentang buku-buku Aristoteles. Sebab itu ia dikenal oleh orang Arab
sebagai Guru kedua (sesudah Aristoteles),
sedangkan di Eropa ia dikenal sebagai Abunaser.
Al-Farabi pengikut Artistoteles dan seorang neo-platonis.
Istilah-istilah yang dipergunakannya jelas dari Aristoteles, dan bagian besar
pikirannya sejalan dengan pandangan Aristoteles. Tetapi dalam metafisika dan
etika, khususnya dalam pandangan akan Allah, al-Farabi jelas neo-platonis.
Dalam Allah, ekistensi dan essensi bersatu-padu, tanpa pemisahan di antaranya.
Demikian pula ia menggambarkan Allah melalui jalan negationis, Allah tidak
berteman, ia tidak terbagi, tidak dapat dibatasi. Al-Farabi juga menyusun
segenap alam ciptaan dalam sepuluh tingkat yang datang yang satu dari yang
lain, teori emanasi. Di atas ialah Yang Awal . Dari Yang Awal keluarlah Yang
kedua, yakni Akal awal . Seperti Allah, Akal awal itu rohani. Akal awal
mengenal Yang Awal (Allah) dan demikian melahirkan yang ketiga, yakni Akal
kedua. Akal awal juga mengenal dirinya, dan hasil pengenalan ini ialah Akal
ketiga, Langit pertama. Akal-akal berikut berkaitan dengan badan-badan di
langit. Akal kesepuluh ialah Agens intelligens, dator formarum, Akal pembuat.
Akal pembuat inilah yang menghubungkan dunia di atas dengan dunia di bawah
bulan, di bawah langit dunia ini. Apa yang terjadi di dunia ini tergantung dari
Akal pembuat. Dalam metafisika al-Farabi, emanasi ini menggantikan penciptaan
dari yang tiada dan Allah itu sangat jauh dari dunia kita ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar