Sabtu, 03 Desember 2016

Suasana yang Kondusif dan Menyenangkan Dalam Proses Belajar Mengajar dengan HUMOR



Pendidikan lebih diorientasikan menghasilkan pribadi yang mandiri, memiliki harga diri, tumbuh dan berkembang untuk menggapai masa depan. pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulai, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (UU RI No. 20 Tahun 2003).
Untuk itulah diperlukan strategi pembelajaran yang mengarah pada pembentukan kompetensi. Kompetensi yang dimaksud adalah bagaimana dapat berpikir kreatif, produktif, bagaimana dalam pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan upaya pengelolaan diri dan pengendaliannya. Siswa sebagai pembelajar berada memasuki kawasan pengetahuan maupun penerapan pengetahuan yang didapatkan melalui pembelajaran. Kompetensi siswa menyangkut ability, skill, knowledge akan terbangun dan berkembang melalui proses pembelajaran.
Kalau lebih jauh dicermati, tidak bersemangatnya dalam proses pembelajaran lebih diakibatkan belum maksimalnya niat baik (good will) para pendidik untuk secara serius mengelola pembelajaran yang ideal. Selama ini, guru tampaknya masih memiliki keyakinan bahwa tugasnya hanyalah mentransfer ilmu pengetahuan yang tertuang dalam kurikulum dan buku pelajaran. diperparah oleh “performance” guru yang acuh dan sengaja membiarkan proses pembelajaran apa adanya atau asal ngajar.
Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam belajar, baik yang bersifat internal maupun yang eksternal. Tanpa disadari, pembelajaran sekolah bukan membuat siswa riang, kreatif dan terbebaskan. Tetapi justru menjadi momok yang cukup menakutkan, menegangkan dan menciptakan kelesuan dan kebosanan. Suasana kaku dan serba prosedural ini akan berbahaya bagi bangunan pendidikan. Guru sebagai agen pembelajaran harus mampu membekali untuk kreatif, rasional, keterlatihan memecahkan masalah , dan kematangan emosionalnya.
Kadang Guru hanya bertindak sesuai kemauan dirinya, tanpa memahami harapan-harapan siswa, ditambah lagi dengan hadirnya ‘performa’ guru yang kurang bersahabat. Bayangkan, bila pada awal pembelajaran seorang guru memasuki ruang belajar dengan wajah merengut dan suram, Proses pembelajaran akan melelahkan dan menegangkan. Ada beberapa kondisi yang sering dijumpai pada siswa dalam pembelajaran yaitu :
  1. siswa kebanyakan ramai di kelas pada waktu pembelajaran dan cenderung tidak mengindahkan materi pelajaran yang disampaikan guru,.
  2. siswa diam pada waktu pembelajaran, tapi proses penyerapan materi pelajaran sangat rendah,
  3. siswa kelihatan sibuk dengan urusan masing-masing waktu pembelajaran, ada yang ngerjakan tugas PR materi pelajaran lain, ada yang bicara dengan teman sebangkunya, ada yang berpangku pada meja belajar, bahkan ada yang tidur.
Kalau kondisi semacam ini dipaksakan akan banyak siswa yang asal mengikuti pelajaran tanpa paham makna apa yang mereka lakukan. Tentu berbagai cara dan teknik telah banyak dilakukan guru dalam mengatasi situasi kecemasan pembelajaran agar bisa membuat siswa nyaman dalam belajar.
Kelas yang tidak bergairah selayaknya untuk di-reorganisasi secara besar-besaran. Hal ini dapat dilakukan guru dengan :
  1. Pergunakan pujian verbal. Kata-kata seperti “bagus”, baik”, pekerjaanmu baik”, yang diucapkan segera dan refleks setelah anak didik selesai mengerjakan pekerjaan, merupakan pembangkit motivasi yang besar.
  2. Pergunakan tes dan nilai secara bijaksana tanpa rekayasa.
  3. Membangkitkan rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi. Dengan melontarkan pertanyaan atau masalah-masalah, guru dapat menimbulkan suatu konflik konseptual yang merangsang anak didik untuk bekerja. Motivasi justru akan berakhir apabila konflik itu terpecahkan atau bosan untuk memecahkannya.
  4. Melakukan hal yang luar biasa, misalnya meminta anak didik melakukan penyusunan soal-soal tes, menceritakan problem guru dalam belajar di masa lalu dan lain-lain.
  5. Memanfaatkan apersepsi anak didik. Pengalaman anak didik baik yang di dapat di lingkungan sekolah maupun luar sekolah dimanfaatkan guru ketika sedang menjelaskan materi pelajaran. Dengan cara asosiasi ini anak didik berusaha menghubungkan materi pelajaran yang diserap dengan pengalaman yang telah dialaminya.
  6.  Pergunakan simulasi dan permainan.
Salah satu sistem pembelajaran yang baik yaitu menambahkan unsur humor dalam belajar.Humor adalah alat pengajaran berharga untuk membangun iklim kelas yang kondusif dalam belajar. Humor sering dimaknai oleh banyak orang sebagai lawakan yang kemudian mengundang tawa dan canda,peluang untuk menggabungkan humor di kelas, mengkaji dampak humor pada hasil belajar, dan menyarankan pedoman penggunaan humor yang tepat .
Yang menarik adalah humorsebagai "kursus ketakutan" dimana siswa dapat menghindari rasa ketakutan karena kurangnya kepercayaan diri, kesulitan yang dirasakan dari materi atau pengalaman negatif sebelumnya. Humor yang sesuai dan tepat waktu di dalam kelas dapat mendorong keterbukaan dan saling menghormati serta berkontribusi terhadap efektivitas mengajar secara keseluruhan.
Peran guru dalam pembelajaran berpusat pada siswa telah menjadi subyek diskusi yang cukup besar. pengajaran yang efektif berkisar antara pendidik dan siswa, Perilaku guru mempengaruhi kualitas pengajaran dan lingkungan belajar yang diciptakan. siswa semakin interaktif dan saling tergantung satu dengan yang lainnya, masing-masing terbentuk oleh karakteristik dan persyaratan dari keduanya. Guru harus kreatif karena berperan penting dalam menciptakan lingkungan yang kondusif agar siswa belajar lebih optimal. Humor sering diidentifikasi sebagai teknik pengajaran untuk mengembangkan lingkungan belajar yang positif karena siswa lebih reaktif dalam menangkap suatu pelajaran.
Humor sebagai rumus ketika semua elemen pendidikan berkumpul serta guru dan siswa secara bersama selalu berpikir positif dan bersemangat dalam belajar. untuk peningkatan komunikasi dengan siswa dengan memiliki sikap yang menyenangkan serta kemauan untuk menggunakan humor yang sesuai pada tempatnya.
Humor di dalam kelas dapat berbagai macam bentuk, humor diklasifikasikan sebagai lelucon, teka-teki, permainan kata-kata, cerita lucu, komentar lucu dan lainnya. Guru telah menemukan cara kreatif lain untuk memasukkan humor dalam belajar seperti kartun, komik,ataupun dengan percobaan sederhana.
humor membantu siswa rileks dan menciptakan suasana yang positif selama dalam belajar.dengan humor bisa membuat otak beristirahat agar bisa memproses dan mengintegrasikan bahan-bahan pelajaran . Hal ini dapat digunakan sebagai alat yang ampuh agar para siswa nyaman dan membuat proses belajar secara keseluruhan lebih menyenangkan. Hal ini dicapai ketika guru bisa mengintegrasikan humor dengan konten dan menggunakannya secara spontan dan terencana.
Humor juga dapat digunakan untuk masalah berkomunikasi yang berkaitan dengan pengelolaan kelas. Humor telah berhasil digunakan untuk peraturan berkomunikasi kelas implisit, mendorong pemahaman yang lebih besar antara hubungan seorang guru dan siswa .
Humor di dalam kelas bukanlah jawaban untuk semua masalah pengelolaan kelas, tetapi merupakan tindakan pencegahan yang sangat baik yang dapat meredakan suasana tegang pada siswa. Efek humor dalam mendemokasikan pembelajaran ternyata tidak hanya terhenti pada penciptaan kelas yang menyenangkan, penuh keakraban, keterbukaan, dan toleransi serta mampu membangkitkan kembali motivasi siswa.
Semangat humor dapat menciptakan kegairahan kembali (re-motivasi) siswa akan berdampak jelas pada prestasi. Kelas yang penuh keterbukaan, akrab, dan gairah akan lebih berprestasi dibanding kelas yang kurang bergairah, lesu dan tertekan, humor tidak boleh diarahkan pada seorang individu atau kelompok; penghinaan rasial atau ejekan dari kelompok target harus dihindari.
humor yang disampaikan juga mempengaruhi bagaimana ia diterima oleh siswa, Humor yang bernada seksual sebaiknya dihindari kecuali secara langsung terkait dengan konten seperti pendidikan seksualitas.Guru memiliki peran yang kuat dalam menggunakan humor yang tepat di dalam kelas untuk meningkatkan rasa kebersamaan. Humor dapat dijaga dan diintegrasikan ke dalam kelas sedemikian rupa sehingga menumbuhkan rasa keterbukaan dan saling menghormati antara siswa dan guru. Ketika siswa merasa aman, mereka bisa menikmati proses belajar dan satu sama lain, Penggunaan secara bijak humor dapat memberikan kontribusi untuk efektivitas dalam mengajar.
Pembelajaran yang dibingkai dengan kehadiran humor didalamnya akan penuh dengan keriangan, kesetiaan, motivasi dan demokrasi serta prestasi belajar. Situasi kelas dan siswa yang bermasalah tidak harus diselesaikan dengan kemarahan guru dan pengelola pendidikan atau memberikan hukuman keras, tetapi dapat diselesaikan dengan elegan melalui rangkaian humor dalam pembelajaran.
humor yang dibingkai dengan tepat dan sesuai dengan kondisi kultur, emosional pembelajar akan menjadi alternatif strategi belajar yang jitu dan sangat mencengangkan dan sekaligus menyenagkan semua pihak.
Dapus:
Darmansyah. 2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta: Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar