Pendidikan
lebih diorientasikan menghasilkan pribadi yang mandiri, memiliki harga diri,
tumbuh dan berkembang untuk menggapai masa depan. pendidikan merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulai, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara” (UU RI No. 20 Tahun 2003).
Untuk
itulah diperlukan strategi pembelajaran yang mengarah pada pembentukan
kompetensi. Kompetensi yang dimaksud adalah bagaimana dapat berpikir kreatif,
produktif, bagaimana dalam pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan upaya
pengelolaan diri dan pengendaliannya. Siswa sebagai pembelajar berada memasuki
kawasan pengetahuan maupun penerapan pengetahuan yang didapatkan melalui
pembelajaran. Kompetensi siswa menyangkut ability, skill, knowledge akan
terbangun dan berkembang melalui proses pembelajaran.
Kalau
lebih jauh dicermati, tidak bersemangatnya dalam proses pembelajaran lebih
diakibatkan belum maksimalnya niat baik (good will) para pendidik untuk secara
serius mengelola pembelajaran yang ideal. Selama ini, guru tampaknya masih
memiliki keyakinan bahwa tugasnya hanyalah mentransfer ilmu pengetahuan yang
tertuang dalam kurikulum dan buku pelajaran. diperparah oleh “performance” guru
yang acuh dan sengaja membiarkan proses pembelajaran apa adanya atau asal
ngajar.
Ada
banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam belajar, baik yang bersifat
internal maupun yang eksternal. Tanpa disadari, pembelajaran sekolah bukan
membuat siswa riang, kreatif dan terbebaskan. Tetapi justru menjadi momok yang
cukup menakutkan, menegangkan dan menciptakan kelesuan dan kebosanan. Suasana
kaku dan serba prosedural ini akan berbahaya bagi bangunan pendidikan. Guru
sebagai agen pembelajaran harus mampu membekali untuk kreatif, rasional,
keterlatihan memecahkan masalah , dan kematangan emosionalnya.
Kadang
Guru hanya bertindak sesuai kemauan dirinya, tanpa memahami harapan-harapan
siswa, ditambah lagi dengan hadirnya ‘performa’ guru yang kurang bersahabat.
Bayangkan, bila pada awal pembelajaran seorang guru memasuki ruang belajar
dengan wajah merengut dan suram, Proses pembelajaran akan melelahkan dan
menegangkan. Ada beberapa kondisi yang sering dijumpai pada siswa dalam
pembelajaran yaitu :
- siswa kebanyakan ramai di kelas pada waktu pembelajaran dan cenderung tidak mengindahkan materi pelajaran yang disampaikan guru,.
- siswa diam pada waktu pembelajaran, tapi proses penyerapan materi pelajaran sangat rendah,
- siswa kelihatan sibuk dengan urusan masing-masing waktu pembelajaran, ada yang ngerjakan tugas PR materi pelajaran lain, ada yang bicara dengan teman sebangkunya, ada yang berpangku pada meja belajar, bahkan ada yang tidur.
Kalau kondisi semacam
ini dipaksakan akan banyak siswa yang asal mengikuti pelajaran tanpa paham
makna apa yang mereka lakukan. Tentu berbagai cara dan teknik telah banyak
dilakukan guru dalam mengatasi situasi kecemasan pembelajaran agar bisa membuat
siswa nyaman dalam belajar.
Kelas yang tidak
bergairah selayaknya untuk di-reorganisasi secara besar-besaran. Hal ini dapat
dilakukan guru dengan :
- Pergunakan pujian verbal. Kata-kata seperti “bagus”, baik”, pekerjaanmu baik”, yang diucapkan segera dan refleks setelah anak didik selesai mengerjakan pekerjaan, merupakan pembangkit motivasi yang besar.
- Pergunakan tes dan nilai secara bijaksana tanpa rekayasa.
- Membangkitkan rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi. Dengan melontarkan pertanyaan atau masalah-masalah, guru dapat menimbulkan suatu konflik konseptual yang merangsang anak didik untuk bekerja. Motivasi justru akan berakhir apabila konflik itu terpecahkan atau bosan untuk memecahkannya.
- Melakukan hal yang luar biasa, misalnya meminta anak didik melakukan penyusunan soal-soal tes, menceritakan problem guru dalam belajar di masa lalu dan lain-lain.
- Memanfaatkan apersepsi anak didik. Pengalaman anak didik baik yang di dapat di lingkungan sekolah maupun luar sekolah dimanfaatkan guru ketika sedang menjelaskan materi pelajaran. Dengan cara asosiasi ini anak didik berusaha menghubungkan materi pelajaran yang diserap dengan pengalaman yang telah dialaminya.
- Pergunakan simulasi dan permainan.
Salah
satu sistem pembelajaran yang baik yaitu menambahkan unsur humor dalam
belajar.Humor adalah alat pengajaran berharga untuk membangun iklim kelas yang
kondusif dalam belajar. Humor sering dimaknai oleh banyak orang sebagai lawakan
yang kemudian mengundang tawa dan canda,peluang untuk menggabungkan humor di
kelas, mengkaji dampak humor pada hasil belajar, dan menyarankan pedoman
penggunaan humor yang tepat .
Yang
menarik adalah humorsebagai "kursus ketakutan" dimana siswa dapat
menghindari rasa ketakutan karena kurangnya kepercayaan diri, kesulitan yang
dirasakan dari materi atau pengalaman negatif sebelumnya. Humor yang sesuai dan
tepat waktu di dalam kelas dapat mendorong keterbukaan dan saling menghormati
serta berkontribusi terhadap efektivitas mengajar secara keseluruhan.
Peran
guru dalam pembelajaran berpusat pada siswa telah menjadi subyek diskusi yang
cukup besar. pengajaran yang efektif berkisar antara pendidik dan siswa,
Perilaku guru mempengaruhi kualitas pengajaran dan lingkungan belajar yang
diciptakan. siswa semakin interaktif dan saling tergantung satu dengan yang
lainnya, masing-masing terbentuk oleh karakteristik dan persyaratan dari
keduanya. Guru harus kreatif karena berperan penting dalam menciptakan
lingkungan yang kondusif agar siswa belajar lebih optimal. Humor sering
diidentifikasi sebagai teknik pengajaran untuk mengembangkan lingkungan belajar
yang positif karena siswa lebih reaktif dalam menangkap suatu pelajaran.
Humor
sebagai rumus ketika semua elemen pendidikan berkumpul serta guru dan siswa
secara bersama selalu berpikir positif dan bersemangat dalam belajar. untuk
peningkatan komunikasi dengan siswa dengan memiliki sikap yang menyenangkan
serta kemauan untuk menggunakan humor yang sesuai pada tempatnya.
Humor
di dalam kelas dapat berbagai macam bentuk, humor diklasifikasikan sebagai
lelucon, teka-teki, permainan kata-kata, cerita lucu, komentar lucu dan
lainnya. Guru telah menemukan cara kreatif lain untuk memasukkan humor dalam
belajar seperti kartun, komik,ataupun dengan percobaan sederhana.
humor
membantu siswa rileks dan menciptakan suasana yang positif selama dalam
belajar.dengan humor bisa membuat otak beristirahat agar bisa memproses dan
mengintegrasikan bahan-bahan pelajaran . Hal ini dapat digunakan sebagai alat
yang ampuh agar para siswa nyaman dan membuat proses belajar secara keseluruhan
lebih menyenangkan. Hal ini dicapai ketika guru bisa mengintegrasikan humor
dengan konten dan menggunakannya secara spontan dan terencana.
Humor
juga dapat digunakan untuk masalah berkomunikasi yang berkaitan dengan
pengelolaan kelas. Humor telah berhasil digunakan untuk peraturan berkomunikasi
kelas implisit, mendorong pemahaman yang lebih besar antara hubungan seorang
guru dan siswa .
Humor
di dalam kelas bukanlah jawaban untuk semua masalah pengelolaan kelas, tetapi
merupakan tindakan pencegahan yang sangat baik yang dapat meredakan suasana
tegang pada siswa. Efek humor dalam mendemokasikan pembelajaran ternyata tidak
hanya terhenti pada penciptaan kelas yang menyenangkan, penuh keakraban, keterbukaan,
dan toleransi serta mampu membangkitkan kembali motivasi siswa.
Semangat
humor dapat menciptakan kegairahan kembali (re-motivasi) siswa akan berdampak
jelas pada prestasi. Kelas yang penuh keterbukaan, akrab, dan gairah akan lebih
berprestasi dibanding kelas yang kurang bergairah, lesu dan tertekan, humor
tidak boleh diarahkan pada seorang individu atau kelompok; penghinaan rasial
atau ejekan dari kelompok target harus dihindari.
humor
yang disampaikan juga mempengaruhi bagaimana ia diterima oleh siswa, Humor yang
bernada seksual sebaiknya dihindari kecuali secara langsung terkait dengan
konten seperti pendidikan seksualitas.Guru memiliki peran yang kuat dalam
menggunakan humor yang tepat di dalam kelas untuk meningkatkan rasa
kebersamaan. Humor dapat dijaga dan diintegrasikan ke dalam kelas sedemikian
rupa sehingga menumbuhkan rasa keterbukaan dan saling menghormati antara siswa
dan guru. Ketika siswa merasa aman, mereka bisa menikmati proses belajar dan
satu sama lain, Penggunaan secara bijak humor dapat memberikan kontribusi untuk
efektivitas dalam mengajar.
Pembelajaran
yang dibingkai dengan kehadiran humor didalamnya akan penuh dengan keriangan,
kesetiaan, motivasi dan demokrasi serta prestasi belajar. Situasi kelas dan
siswa yang bermasalah tidak harus diselesaikan dengan kemarahan guru dan
pengelola pendidikan atau memberikan hukuman keras, tetapi dapat diselesaikan
dengan elegan melalui rangkaian humor dalam pembelajaran.
humor
yang dibingkai dengan tepat dan sesuai dengan kondisi kultur, emosional
pembelajar akan menjadi alternatif strategi belajar yang jitu dan sangat
mencengangkan dan sekaligus menyenagkan semua pihak.
Dapus:
Darmansyah. 2010. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta: Bumi
Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar