Kamis, 08 Desember 2016

FILSAFAT ANALITIS

Filsafat Analitis
Tokoh aliran ini adalah Ludwing Josef Johai Wihgenstein (1889-1951) yang lahir di wina, Austria. Ilmu yang ditekuninya adalah ilmu penerbangan yang memerlukan studi dasar matematika yang mendalam setelah menjadi ahli matematika ia mendalami filsafat matematukadan logika.
Sumbangannya yang terbesar dalam filsafat adalah pemikirannya tentang pentingnya bahasa. Ia mencita-citakan suatu bahasa yang ideal, yang lengkap, formaldan dapat memberikan kemungkinan bagi penyelesaian masalah-masalah kefilsafatan.
Filsafat Analitis ini berpengaruh di Inggris dan Amerika sejak tahun 1950. filsafat ini membahas bahasa dan Analisis konsep-konsep.

A.     Aliran-aliran Inggris tentang filosofikal Analisis
Pada permulaan abad ke 20, beberapa filosof termasuk didalamnya G.E.Moore,Bertand Rusel, C.D Broad dan Ludwing Wihgenstein menaruh perhatian terhadap penyelidikan logistic  dan logical analisis dari itulah konsep dam proposisi .arah baru ini sebagiannya merupakan reaksi terhadap filosof idealis.beberapa filosof rasionalis pada abad ke19 menganut paham idealisme mutlak .suatu reaksi terhadap monisme yang ketat semacam itu adalah timbulnya pluralisme yang ekstrim. Sebagian oleh karena ingin menjauhkan diri dari impliksi metafisik , dari konsep ‘pluralisme “ sebagian lain karena metode analitik yang sudah ditinjau kembali, kelompok filosof analismengalihkan perhatian mereka dan akibatnya istilah-istilah  logika emperisme, filsafat analitik, mulai dipakai
            Fakta Russel dan Wihgenstein telah menyelami filsafat melalui logika simbolis dan matematik, mempinyai pengaruh juga kepada timbulnya filosofikal analisis.
            Dengan menengok kebelakang, kepada sejarah filsafat, para pengikut aliran analisa mengira bahwa mereka mendapatkan bukti bahwa analisa bahasa itu selalu ditekankan, walaupun pada akhirnya yang nampak menjadi permasalahan adalah soal-soal yang tidak mengenai bahasa. Mereka mengingatkan kita kepada analisa Plato tentang konsep-konsep seperti “keadilan “ kepada usaha Socrates untuk menjelaskan arti istilah-istilah seperti: Kebenaran, kebaikan dan kesalehan dan kepada penyelidikan Hume yang ketat mengenai pernyataan tentang kausalites. Analisa bukannya suatu hal yang, akan tetapi suatu metode filsafat yang sudah lama dan ditekankan oleh kaum empiris. Pengikut linguistic analismengatakan “yang baru adalah ketelitian dan ketaatan yang luar biasa, kehalusan yang ditingkatkan,ketetapan dari metode simbolik serta pengakuan yang tegas bahwa yang dikerjakan adalah analisa linguistik.
             Kaum analisis masa kini padaumumnya adalah empiris dan kenyataan mereka itu berpendirian bahwa suatu pernyataan itu” berarti jika ia dapat ditengok kebenaranya secara empiris atau jika pernyataan itu hanya mengenai bagaimana kita memakai istilah. Pernyataan yang tidak di dasarkan atas pengalaman dan dan tidak dapat dibuktikan dianggap”nonsense” atau hanya mempunyai pungsi yang kognitif . mereka menyatakan bahwa semua data yang benar tentang pengalaman adalah lapangan untuk ilmu-ilmu yang khusus.

Ludwing Wihgenstein
Dalam abad ke 20 hanya sedikit filosof yang mempunyai pengaruh lebih mendalam terhadap filsafat atau perhatian yang lebih besar terhadap soal-soal linguistik, dari pada ludwing wihgenstein ( 1889-1951) ia terpengaruh dari Bertand Russel dan G.E Moore. Pada tahun 1930 ia mengganti Moore dan mengajar filsafat di Cambridge. Ia menghasilkan dua sistim pemikiran yang orisinal : pertama dalam karangannya Tractatus ,suatu karangan pendek yang diterbitkan pada tahun 1922. yang kedua, karangan yang lebih panjang dengan judul philosophical investigations,yang diterbitkan pada tahun 1953.
Tractus merupakan uraian tentang kondisi-kondisi dimana bahasa mempunyai arti serta dapat memiliki kebenaran. Kalimat yang berarti adalah gambaran tentang realitas, akan tetapi dalam tiap-tiap gambaran harus ada hubungan satu sama lain, antara gambaran dan keadaan yang dilukiskannya Teori gambaran (ficture theory) dari preposisi adalah pokok dalam tingkatan-tingkatan pikiranya yang permulaan.  Untuk memahami suatu kalimat kita  harus mengetahui “refrent” atau keadaan yang kalimat tersebut meminta perhatian kita. Pernyataan-pernyataan yang dapat ditetapkan didunia harus memenuhi persyaratan persyaratan yang tepat; jika tidak maka pernyataan itu adalah nonsense. Dalam pandangan mereka filsafat telah menuju kepada penemuan intelektual. Filsafat adalahmetode untuk menjelaskan kebauran linguistik yang telah meinmbulkan problem-problem semu yang bermacam-macam.
Dengan keluarnya karangan wihgenstein yang kedua yaitu philosophical investigation, filsafat analitis menyesuaikan diri dengan penolongan baru. Ia tetap ada hubungannya dengan bahasa, akan tetapi wihgenstein melihat watak bahasa dengan pandangan baru. Ia banyak menolak ide-ide yang terdapat dalam Tractus dengan alasan banyak bahwa ia mula-mula berpendapat bahwa bahasa hanya mempunyai satu pungsi yaitu untuk menyebutkan fakta, yang menarik perhatian wihgenstein sekarang adalah bahwa bahasa itu mempunyai beberapa fungsi, oleh karena itu perhatian harus dialihkan dari logika-logika penyusunan bahwa 79 sempurna “kepada pemakaian bahasa”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar