Kamis, 08 Desember 2016

PERMASALAHAN FILSAFAT BERKAITAN DENGAN IDE-IDE DASAR

PERMASALAHAN FILSAFAT BERKAITAN DENGAN IDE-IDE DASAR
Orang-orang tenggelam dalam kesibukan pribadi atau profesi mereka mengasuh anak, memberi ujian, pergi ke dokter, bekerja di kantor, pokoknya melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, sehingga tidak sempat lagi merenungkan hal-hal dasar yang membentuk dan mempengaruhi kehidupan mereka. Tetapi, bila mereka pada suatu saat mundur sejenak dan berpikir secara kritis mengenai ide-ide dasar itu, mungkin sekali mereka menemukan suatu permasalahan filsafat. Sebagai missal, di dalam lingkungan sehari-hari kita biasa mencap seorang sebagai “tidak bermoral”, tapi berbeda halnya bila kita diminta menjelaskan perbedaan antara pribadi bermoral dan pribadi tidak bermoral serta mempertanggungjawabkan pembedaan itu dengan argument yang masuk akal. Gampang sekali kita melontarkan jargon-jargon besar semacam “cinta”, “pengetahuan”, dan “keadilan”, atau berkata dengan sinis bahwa “tidak seorangpun dapat mendefinisikan ‘cinta’ secara sempurna “, atau secara teguh dan tulus menuntut bahwa “keadilan harus ditegakkan”. Namun, jauh lebih sulit halnya untuk memahami dan menguraikan ide-ide tersebut secara rasional. Untuk memperoleh perspektif rasional diperlukan pemikiran, sedangkan untuk berpikir diperlukan waktu dan disiplin diri, yang tampaknya tak lagi banyak dipunyai orang-orang zaman sekarang.
Kita memerlukan suatu istilah yang tepat untuk mendeskripsikan berbagai macam bentuk permasalahan filsafat. Istilah yang kita maksudkan adalah “ide”. Ide adalah sarana yang kita gunakan untuk menggambarkan dan mengartikan pengalaman diri kita dan dunia disekitar kita. Demi tujuan pembahasan kita, istilah “ide” mencakup berbagai keyakinan dan teori yang kita pegang dengan sadar (misalnya “Tuhan itu ada”), berbagai asumsi dan konsekuensi keyakinan yang dipercayai begitu saja (“indera kita memberi tahu tentang bagaimana dunia ini ada dan berjalan”),  serta berbagai konsep yang berdiri sendiri (waktu, bentuk seni, kegilaan, dan lain-lain). Namun, ada kalanya pengertian ide yang sangat umum itu tidak kita masukkan dalam kerangka pemikiran, misalnya ketika kita memang bermaksud membicarakan hal-hal yang sangat spesifik.
Ide-ide dasar (keyakinan, asumsi, dan konsep) sangat mungkin memicu suatu penyelidikan filsafat. Ide dasar adalah sebuah ide dimana bergantung kebenaran ide-ide lainnya yang lebih spesifik. Misalnya, kepercayaan akan adanya Tuhan adalah kepercayaan dasar yang melandasi kebenaran kitab-kitab suci Kristen.
Ide-de dasar biasanya bersifat umum. Sifat umum berkaitan dengan soal tingkatan, seberapa luas bidang yang dicakupnya. Misalnya, konsep dasar “kristianitas” adalah lebih umum atau “abstrak” daripada “ protestantisme”, namun kurang umum bila dibandingkan dengan “agama”. Dengan demikian, pertanyaan “apa itu agama?”akan lebih mungkin membangkitkan minat dan perdebatan dibandingkan dengan pertanyaan “apa itu kristianitas?” atau terlebih lagi “apa itu prostantisme?” sementara itu, pertanyaan-pertanyaan yang tidak mendasar bersifat kurang umum daripada pertanyaan-pertanyaan diatas, dan tidak dengan sendirinya mengarah ke penyelidikan filsafat. Perhatikan oertanyaan yang “lebih rendah tingkatannya” atau yang lebih konkret ini: “apakah seorang Baptis itu?” pertanyaan ini sebenarnya hanya sekedar mengungkapkan permintaan keterangan tentang butir-butir kepercayaan Baptis, yaitu apa yang diimani oleh para penganut agama baptis. Namun, disisi lain, pertanyaan itu mungkin saja merupakan usaha untuk menemukan pengandaian-pengandaian orang lain mengenai hakikat kristianitas. “mengapa harus menjadi pengikut Baptis, bukannya Metodis, Katolik, ataupun Hindu sekalian?”. Dengan demikian, meskipun pertanyaan “apakah seorang Baptis itu?” bukanlah pertanyaan yang sangat mendasar, ia berpotensi memunculkan permasalahan filsafat berkat kaitannya dengan ide-ide dasar yang lain.
Biasanya ide-ide dasar tidak hanya bersifat umum, tetapi juga bersifat pervasive, meluas ke berbagai bidang. Sifat ini juga menunjukkan soal tingkatan, sejauhmana suatu ide dapat ditemukan dalam berbagai konteks yang berbeda. Misalnya, para sosiolog, psikolog, filsuf, pengikut protestan, yahudi, hindu, komunis, dan atheis, masing-masing akan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda tentang agama. Oleh karenanya, sulitlah menjawab pertanyaan “apakah pengalaman religious itu?” yang secara adil mencakup semua sudut pandang mereka yang berbeda-beda itu. Namun, orang protestan mungkin bertanya-tanay, apakah pengalaman ibadat minggu pagi mereka mempunyai kesamaan dengan kontemplasi yang dilakukan oleh orang hindu di tengah hutan.  Jika sedemikian luas wilayah tercakup, seringkali dilator belakangnya terdapat suatu permasalahan filsafat.

Ide-ide dasar dijumpai dalam bidang-bidang yang sangat berbeda, misalnya agma dan sains. Apakan yang menyebabkan ide-ide dasar menimbulkan minat atau permasalahan filsafat? Jawabannya ialah makna, kebenaran, dan saling keterkaitan ide-ide tersebut. Jadi, yang menjadi perhatian dasar filsafat adalah masalah kebenaran. Namun, sbegaimana akan kita lihat nanti, filsafat tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang kebenaran secara terpisah dari pertanyaan tentang makna dan saling keterkaitan.
Dapus: Woodhouse, Mark. 2000. Berfilsafat Sebuah Langkah Awal. Yogyakarta: Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar