PERMASALAHAN
FILSAFAT BERKAITAN DENGAN IDE-IDE DASAR
Orang-orang tenggelam
dalam kesibukan pribadi atau profesi mereka mengasuh anak, memberi ujian, pergi
ke dokter, bekerja di kantor, pokoknya melakukan hal-hal yang dilakukan oleh
orang lain, sehingga tidak sempat lagi merenungkan hal-hal dasar yang membentuk
dan mempengaruhi kehidupan mereka. Tetapi, bila mereka pada suatu saat mundur
sejenak dan berpikir secara kritis mengenai ide-ide dasar itu, mungkin sekali
mereka menemukan suatu permasalahan filsafat. Sebagai missal, di dalam
lingkungan sehari-hari kita biasa mencap seorang sebagai “tidak bermoral”, tapi
berbeda halnya bila kita diminta menjelaskan perbedaan antara pribadi bermoral
dan pribadi tidak bermoral serta mempertanggungjawabkan pembedaan itu dengan argument
yang masuk akal. Gampang sekali kita melontarkan jargon-jargon besar semacam “cinta”,
“pengetahuan”, dan “keadilan”, atau berkata dengan sinis bahwa “tidak
seorangpun dapat mendefinisikan ‘cinta’ secara sempurna “, atau secara teguh
dan tulus menuntut bahwa “keadilan harus ditegakkan”. Namun, jauh lebih sulit
halnya untuk memahami dan menguraikan ide-ide tersebut secara rasional. Untuk memperoleh
perspektif rasional diperlukan pemikiran, sedangkan untuk berpikir diperlukan
waktu dan disiplin diri, yang tampaknya tak lagi banyak dipunyai orang-orang
zaman sekarang.
Kita memerlukan suatu
istilah yang tepat untuk mendeskripsikan berbagai macam bentuk permasalahan
filsafat. Istilah yang kita maksudkan adalah “ide”. Ide adalah sarana yang kita
gunakan untuk menggambarkan dan mengartikan pengalaman diri kita dan dunia
disekitar kita. Demi tujuan pembahasan kita, istilah “ide” mencakup berbagai
keyakinan dan teori yang kita pegang dengan sadar (misalnya “Tuhan itu ada”),
berbagai asumsi dan konsekuensi keyakinan yang dipercayai begitu saja (“indera
kita memberi tahu tentang bagaimana dunia ini ada dan berjalan”), serta berbagai konsep yang berdiri sendiri (waktu,
bentuk seni, kegilaan, dan lain-lain). Namun, ada kalanya pengertian ide yang
sangat umum itu tidak kita masukkan dalam kerangka pemikiran, misalnya ketika
kita memang bermaksud membicarakan hal-hal yang sangat spesifik.
Ide-ide dasar
(keyakinan, asumsi, dan konsep) sangat mungkin memicu suatu penyelidikan
filsafat. Ide dasar adalah sebuah ide dimana bergantung kebenaran ide-ide
lainnya yang lebih spesifik. Misalnya, kepercayaan akan adanya Tuhan adalah
kepercayaan dasar yang melandasi kebenaran kitab-kitab suci Kristen.
Ide-de dasar biasanya
bersifat umum. Sifat umum berkaitan dengan soal tingkatan, seberapa luas bidang
yang dicakupnya. Misalnya, konsep dasar “kristianitas” adalah lebih umum atau “abstrak”
daripada “ protestantisme”, namun kurang umum bila dibandingkan dengan “agama”.
Dengan demikian, pertanyaan “apa itu agama?”akan lebih mungkin membangkitkan
minat dan perdebatan dibandingkan dengan pertanyaan “apa itu kristianitas?”
atau terlebih lagi “apa itu prostantisme?” sementara itu, pertanyaan-pertanyaan
yang tidak mendasar bersifat kurang umum daripada pertanyaan-pertanyaan diatas,
dan tidak dengan sendirinya mengarah ke penyelidikan filsafat. Perhatikan oertanyaan
yang “lebih rendah tingkatannya” atau yang lebih konkret ini: “apakah seorang Baptis
itu?” pertanyaan ini sebenarnya hanya sekedar mengungkapkan permintaan keterangan
tentang butir-butir kepercayaan Baptis, yaitu apa yang diimani oleh para
penganut agama baptis. Namun, disisi lain, pertanyaan itu mungkin saja
merupakan usaha untuk menemukan pengandaian-pengandaian orang lain mengenai
hakikat kristianitas. “mengapa harus menjadi pengikut Baptis, bukannya Metodis,
Katolik, ataupun Hindu sekalian?”. Dengan demikian, meskipun pertanyaan “apakah
seorang Baptis itu?” bukanlah pertanyaan yang sangat mendasar, ia berpotensi
memunculkan permasalahan filsafat berkat kaitannya dengan ide-ide dasar yang
lain.
Biasanya ide-ide dasar
tidak hanya bersifat umum, tetapi juga bersifat pervasive, meluas ke berbagai
bidang. Sifat ini juga menunjukkan soal tingkatan, sejauhmana suatu ide dapat
ditemukan dalam berbagai konteks yang berbeda. Misalnya, para sosiolog,
psikolog, filsuf, pengikut protestan, yahudi, hindu, komunis, dan atheis,
masing-masing akan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda tentang agama. Oleh
karenanya, sulitlah menjawab pertanyaan “apakah pengalaman religious itu?” yang
secara adil mencakup semua sudut pandang mereka yang berbeda-beda itu. Namun,
orang protestan mungkin bertanya-tanay, apakah pengalaman ibadat minggu pagi
mereka mempunyai kesamaan dengan kontemplasi yang dilakukan oleh orang hindu di
tengah hutan. Jika sedemikian luas
wilayah tercakup, seringkali dilator belakangnya terdapat suatu permasalahan
filsafat.
Ide-ide dasar dijumpai
dalam bidang-bidang yang sangat berbeda, misalnya agma dan sains. Apakan yang
menyebabkan ide-ide dasar menimbulkan minat atau permasalahan filsafat? Jawabannya
ialah makna, kebenaran, dan saling keterkaitan ide-ide tersebut. Jadi, yang
menjadi perhatian dasar filsafat adalah masalah kebenaran. Namun, sbegaimana
akan kita lihat nanti, filsafat tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
tentang kebenaran secara terpisah dari pertanyaan tentang makna dan saling
keterkaitan.
Dapus: Woodhouse, Mark. 2000. Berfilsafat Sebuah Langkah Awal.
Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar