Sabtu, 03 Desember 2016

PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR



Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris learning disability. Terjemahan tersebut sebenarnya kurang tepat karena learning artinya belajar dan disability artinya ketidak mampuan; sehinngga terjemahan yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar. Istilah kesulitan belajar digunakan dalam buku ini karena dirasakan lebih optimistic.
Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multi disipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Pada tahun 1963 Samuel A. Krik untuk pertama kali menyarankan penyatuan nama-nama gangguan anak seperti disfunngsi otak minimal (minimal brain dysfunction), gangguan neurologis (neurological disorders), disleksia (dyslexia), dan afasia perkembangan (developmental aphasia) menjadi satu nama, yaitu kesulitan belajar (learning disabilities) (Takeshi Fujiahima et al., 1992: 26). Konsep tersebut telah diadopsi secara luas dan pendekatan edukatif terhadap kesulitan elajar telah berkembang secara cepat, terutama di negara-negara yang sudah maju.
Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United States Office Of Education (USOE) pada tahun 1997 yang dikenal dengan Public Law (PL) 94- 142, yang hampir identic dengan definisi yang dikemukakan oleh The National Advisory Committee On Handicapped Children pada tahun 1967. Definisi tersebut seperti dikutip oleh Hallahan, Kauffman, dan Lloyd (1985:14). Seperti berikut ini:
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, dan berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, diseleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motori, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya atau ekonomi.
Meskipun definisi USOE merupakan definisi resmi yang digunakan oleh pemerintah Amerika Serikat, tetapi banyak kritik yang diarahkan pada definisi tersebut karena berbagai alasan. Lovitt (1989:6) mengemukakan lima macam kritik, yaitu (1) berkenaan dengan penggunaan istilah “anak”, (2) proses psikologi dasar, (3) pemisahan dari mengeja ekspresi pikiran dan perasaan secara tertulis, (4) adanya berbagai kondisi yang digabungkan menjadi satu, dan (5) penyertaan bahwa kesulitan belajar dapat terjadi bersamaan dengan kondisi-kondisi lain. Jika kajian tentang kesulitan belajar juga mencakup orang dewasa maka perlu dihindari penggunaak kata “anak”. Penggunaan ungkapan “ proses psikologi dasar” (basic psychological procces) dapat mengundang timbulnya perdebatan luas yang tidak ada gunanya di bidang kesuliatan belajar. Memasukkan mengeja sebagai kategori yang terpisah adalah tidak pada tempatnya karena mengeja merupakan bagian yang terpisah dari ekspresi pikiran dan perasaan secara tertulis. Definisi tersebut juga menjadi kurang bermutu karena adanya sederetan kondisi , yang masuk gangguan perseptual, luka pada otak, disfungsi otak minimal, disleksia serta afasia perkembangan. Definisi tersebut juga telah mengundang timbulny kesalah pahaman yang luas karena kesulitan belajar dapat terjadi bersamaan dengan kondisi-kondisi penghambat lain atau tanpa adanya kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.
Sebagai konsekuensi dari adanya berbagai kritik terhadap definisi PL 94-142 tersebut maka The National Joint Commite For Learning Disabilities (NJCLD) menggunakan definisi sebagai berikut :
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang di manifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi system syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensori, tunagrahita, hambatan sosial dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan dalam kurung (misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, factor-faktor psikogenik), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung (Hammill et al., 1981 : 336).
Menurut Hammill et al., (1981:337) definisi NJCLD tersebut memiliki kelebihan-kelebihan bila dibandingkan dengan definisi yang dikemukakan dalam PL 94-142. Kelebihan-kelebihan tersebut adalah karena (1) tidak dikaitkan secara ekslusif dengan anak-anak, (2) menghindari ungkapan “proses psikologi dasar”, (3) tidak memasukkan mengeja sebagai gangguan yang terpisah dari kesulitan mengekspresikan bahasa tertulis, (4) menghindari berbagai penyebutan kondisi gangguan lain (misalnya gangguan persepsual, disleksia, disfungsi otak minimal) yang akan dapat membingungkan, dan (5) secara jelas menyatakan bahwa kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan kondisi-kondisi lain.
Meskipun definisi yang dikemukakan oleh NJCLD memiliki kelebihan-kelebihan bila dibandingkan dengan definisi yang dikemukakan dalam PL 94-142, The Board Of The Association For Children And Adulth  With Learning Disabilities (ACALD) tidak menyetujui definisi tersebut, dan karena itu mereka mengemukakan definisi seperti dikutip oleh Lovitt (1989:7) sebagai berikut :
·         Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi, dan atau kemampuan verbal dan atau nonverbal.
·         Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi ketidak mampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki intelegensi rata-rata hingga superior, yang memiliki system sensoris yang cukup, dan kesempatam untuk belajar yang cukup pula. Berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya.
·         Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri, pendidikan, pekerjaan, sosialisasi, dan atau aktivitas kehidupan sehari-hari sepanjang kehidupan.
Seperti halnya definisi yang dikemukakan oleh NJCLD, definisi yang dikemukakan oleh ACALD juga berbeda dari definisi dalam PL (94-142). Definisi NJCLD maupun definisi ACALD keduanya menyatakan bahwa kesulitan belajar diduga disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis. Definisi yang dikemukakan oleh ACALD memiliki perbedaan penting dari definisi yang lain. Perbedaan tersebut tampak pada kalimat terakhir yang menyatakan bahwa kesulitan belajar dapat melampaui kawasan akademik.
Meskipun terdapat perbedaan pada tiga definisi yang telah dikemukakan, ketiganya memiliki titik-titik kesamaan, yaitu (1) kemungkinan adanya disfungsi neurologis, (2) adanya kesulitan dalam tugas-tugas akademik, (3) adanya kesengajaan antara prestasi dengan potensi, dan (4) adanya pengeluaran dari sebab-sebab lain. Baik definisi yang dikemukakan oleh NJCLD maupun ACALD secara jelas menyatakan bahwa kesulitan belajar didug disebabkan oleh adanya gangguan neurologis, dan kondisi tersebut secara tidak langsung juga dinyatakan dalam definisi PL 94-142. Ketiga definisi juga mengindikasikan bahwa kesulitan belajar dapat berwujud sebagai suatu kekurangan dalam satu atau lebih bidang akademik, baik dalam mata pelajaran yang spesifik seperti membaca, menulis, matematika, dan mengeja; atau dalam berbagai keterampilan yang bersifat lebih umum seperti mendengarkan, berbicara, dan berpikir. Definisi yang dikemukakan oleh ACALD menyatakan bahwa kesulitan belajar dapat muncul dalam bentuk penyesuaian sosial atau vokasional, keterampilan kehidupan sehari-hari, atau harga diri. Ketiga definisi mengemukakan bahwa anak berkesulitan belajar memperoleh prestasi belajar jauh dibawah potensi yang dimilikinya. Potensi umumnya diukur dengan tes intelegensi, biasanya menggunakan WISC-R (Weschler Intelligence Scale For Children-Rivized). Prestasi belajar umumnya diukur dengan tes prestasi belajar. Ketiga definisi mengeluarkan dari sebab-sebab lain sehingga kesulitan belajar tidak dapat disamakan dengan tunagrahita (retardasi mental), gangguan emosional, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau kemiskinan budaya dan sosial. Ketiga definisi yang telah dikemukakan menyatakan bahwa pengertian kesulitan belajar harus disebabkan oleh adanya gangguan fungsi neurologis atau dikaitkan pada dugaan adanya kelainan fungsi neurologis.
Di Indonesia belum ada definisi yang baku tentang kesulitan belajar. Para guru umumnya memandang semua siswa yang memperoleh prestasi belajar rendah disebut siswa berkesulitan belajar. Dalam kondisi seperti itu, kiranya dapat dipertimbangkan untuk mengadopsi definisi yang dikemukakan oleh ACALD untuk digunakan dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Sedangkan menurut Sunarta (1985 : 7) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “kesulitan yag dialami oleh siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi belajarnya rendah dan perubahan tingkahlaku yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkah laku, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dapus :
Abdurrahman Mulyono. 2010. Pendidikan Bagi Nak Kesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar