Sabtu, 17 Desember 2016

Lahirnya Ontologi Sebagai Awal Pemisahan Pengetahuan dan Kepentingan

Lahirnya Ontologi Sebagai Awal Pemisahan Pengetahuan dan Kepentingan

Munculnya pemikiran filosofis dalam masyarakat Yunani menimbulkan demitologisasi pemikiran mitis. Melalui ungkapan filosofis, teori mulai dijauhkan dari ritus keagamaan, meskipun arti harfiahnya tetap, yaitu “memandang”. Dalam pemikiran filosofis, teori berarti “kontemplasi atas cosmos”. Para filsuf memandang alam semesta dan menemukan suatu tertib yang tidak berubah-ubah, yaitu suatu macrocosmos. Dengan “memandang” macrocosmos, sang filsuf menyadari adanya gerak alamiah dan nada harmonis yang sama dalam dirinya sendiri. Apa yang dilakukannya aalah menyesuaikan diri dengan tertib alam semesta itu. Tertib harmonis macrocosmos merupakan keadaan yang baik dan pengetahuan akan yang baik itu mendorongnya untuk mewujudkan tertib itu dalam tingkah laku kehidupannya sendiri. Dengan jalan ini sang filsuf melakukan kegiatan yang disebut mimesis (meniru). “kontemplasi atas cosmos”, dengan demikian, menjadi tingkah laku praktis melalui kesadaran akan dirinya sebagai mocrocosmos.
Bersamaan dengan munculnya filsafat di Yunani, teori juga mulai dipisahkan dari praxis. Denganmengartikan teori sebaga kontemplasi atas cosmos, filsafat telah menarik garis batas antara Ada dan Waktu, yaitu antara yang tetap dan yang berubah-ubah. Inilah bibit cara berfikir yang menyebabkan ontology dalam sejarah pemikiran manusia. Melalui teori, filsuf mulai menyusun konsep-konsep tentang ke-apa-an (hakikat) benda-benda dan apa yang disebut hakikat itu tak lain dari inti kenyataan yang tak berubah-ubah. Dengan berusaha mengangkat pemahamannya ke dalam rumusan yang tak berubah-ubah, filsuf berkehendak untuk menera atas cosmos akan pemahaman konseptual itu pada berbagai situasi. Pemahaman semacam itu dipandang sebagai pengetahuan sejati dan untuk memperoleh pengetahuan sejati itu teori sendiri makin dimurnikan dari unsur-unsur yang berubah-ubah, yakni dorongan dan perasaan subjektif manusia sendiri. Sikap mengambil jarak dan membersihkan pengetahuan dari dorongan empiris itu disebut “sikap teoretis murni”. Dengan sikap itu manusia dapat memahami kenyataan sebagaimana adanya. “kontemplasi atas kosmos” kemudian menjadi “kontemplasi bebas-kepentingan”. Dengan menekan kepentingan, manusia membebaskan diri dari dorongan dan perasaan yang dianggapnya sebagai kekuatan jahat. Dengan kata lain, catharsis yang semula dialami lewat upacara mitis sekarang dicapai lewat kemauan manusia sendiri, yakni melalui teori.

Dengan demikian, apa yang kita kenal dengan nama ontology adalah bentuk pemahaman atas kenyataan yang menghendaki pengetahuan murni yang bebas-kepentingan. Pengetahuan yang lahir dari refleksi ontologis adalah suatu disinterested knowledge. Kelahiran ontology mengikis habis bios theoretikos karena teori tidak lagi memperoleh kepenuhan isinya dalam kehidupan, melainkan justru dengan menarik diri dari kehidupan praktis manusia. Tanpa disadari sang pemikir sendiri, pembersihan kepentingan nya sendiri, yaitu pelaksanaan kepentingan untuk menekan kepentingan demi mencapai pengetahuan murni.

Dapus: Hardiman, F.Budi. 2014. Kritik Ideologi. Yogyakarta: Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar