Selasa, 06 Desember 2016

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
            Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang kedudukannya cukup sentral dalam perkembangan pendidikan. Oleh karena itu, dibutuhkan landasan yang kuat dalam pengembangan kurikulum. Tentunya landasan yang kuat akan menghasilkan kurikulum yang kuat, sehingga program pendidikan yang dihasilkan dari kurikulum tersebut dapat menghasilkan manusia terdidik, berkualitas, dan berguna baik untuk kehidupan masa kini maupun masa yang akan datang.
            Adapun yang menjadi landasan pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut.
1. Landasan Filosofis
            Filsafat membahas segala permasalahan manusia, termasuk masalah pendidikan. Filsafat dan praktik pendidikan saling berkaitan erat. Filsafat memberikan arah dan metodologi terhadap praktik-praktik pendidikan, sedangkan praktik pendidikan memberikan bahan bagi pertimbangan filosofis, sehingga menyebabkan landasan filosofis menjadi landasan penting dalam pengembangan kurikulum.
            Pada dasarnya ada tiga pendekatan filosofis yang menjadi dasar pertimbangan dalam pengembangan pendidikan atau kurikulum, diantaranya sebagai berikut.
1) Landasan Filosofis Pendidikan Idealisme
            Berdasarkan pemikiran filsafat idealisme, tujuan pendidikan harus dikembangkan pada upaya pembentukan karakter, pembentukan bakat, dan keterampilan sosial sesuai dengan hakikat kemanusiaannya. Isi kurikulum dirancang untuk mengembangkan kemampuan berpikir, dan menyiapkan keterampilan bekerja yang dilakukan melalui proses dan program pendidikan secara praktis. Para pendidik harus bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terselenggaranya pendidikan serta memiliki keunggulan kompetitif baik dalam segi intelektual maupun moral, sehingga dapat dijadikan panutan bagi peserta didik.



2) Landasan Filosofis Pendidikan Realisme
            Jika didasarkan pada filsafat realisme, kurikulum harus dikembangkan secara komprehensif meliputi pengetahuan yang bersifat sains, sosial, maupun muatan nilai-nilai. Isi kurikulum lebih efektif diorganisasikan dalam bentuk mata pelajaran.
3) Landasan Filosofis Pendidikan Fragmatisme
            Filsafat fragmatisme memandang bahwa kenyataan tidaklah penting. Nilai baik dan buruk ditentukan secara eksperimental dalam pengalaman hidup. Implikasinya terhadap pengembangan kurikulum ialah harus memuat pengalaman-pengalaman yang telah teruji sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, serta diarahkan pada upaya pemecahan masalah, penyelidikan, dan penemuan.

            Manfaat penggunaan filsafat dalam pengembangan kurikulum antara lain:
a. Memberikan arah yang jelas terhadap tujuan pendidikan.
b. Memberikan gambaran yang jelas tentang hasil yang ingin dicapai.
c. Memberikan arah terhadap proses yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
d. Memungkinkan dapat mengukur hasil yang dicapai.
e. Memberikan motivasi yang kuat untuk melakukan aktivitas.
Penyusunan kurikulum di Indonesia mengacu pada filsafat pendidikan Pancasila.

2. Landasan Psikologis
            Pendidikan sudah pasti berkaitan dengan perilaku manusia, dimana terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Adanya kurikulum diharapkan dapat membentuk tingkah laku baru berupa kemampuan atau kompetensi potensial dari setiap peserta didik serta kemampuan-kemampuan baru yang dimiliki dalam jangka waktu relatif lama. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum harus menggunakan asumsi-asumsi atau landasan yang bersumber dari studi ilmiah bidang psikologi.
            Terdapat dua cabang penting psikologi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi belajar.
1) Psikologi perkembangan, diperlukan dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa, baik dalam tingkat kedalaman dan keluasan materi, tingkat kesulitan dan kelayakannya, serta kebermanfaatan materi yang disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
2) Psikologi belajar, diperlukan dalam pengembangan kurikulum yang berkenaan dengan bagaimana kurikulum itu diberikan kepada siswa, serta bagaimana siswa harus mempelajarinya atau dengan kata lain berkenaan dengan strategi pelaksanaan kurikulum.

3. Landasan Sosiologis
            Pendidikan merupakan proses budaya untuk menciptakan manusia yang berbudaya. Kurikulum harus dikembangkan dengan didasarkan pada norma-norma sosial atau budaya, sehingga pendidikan akan menjadi pewaris budaya serta berfungsi untuk mengembangkan kehidupan sosial maupun budaya ke arah yang lebih baik sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat yang berbudaya. Teori, prinsip, hukum, yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum penerapannya harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya di masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa akan lebih bermakna.
            Keller (1997) memaparkan tujuh fungsi sosial pendidikan, yaitu:
1) Mengajar keterampilan
2) Mentransmisikan budaya
3) Mendorong adaptasi lingkungan
4) Mendorong bekerja berkelompok
5) Meningkatkan perilaku etik
6) Membentuk kedisiplinan
7) Memilih bakat dan memberikan penghargaan prestasi
Kurikulum yang didasarkan pada norma-norma sosial atau budaya serta tuntutan masyarakat dapat menciptakan peserta didik yang berbudaya dan senantiasa mengembangkan kebudayaannya.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
            Perkembangan IPTEK mempengaruhi segala bidang, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan berupaya untuk menyiapkan peserta didik menghadapi perubahan masyarakat yang semakin pesat, untuk itu pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara langsung, ilmu pengetahuan dan teknologi akan menjadi isi atau materi pendidikan. Sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas kepada pendidikan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan IPTEK. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.
            Agar kurikulum dapat bertahan kuat, maka pengembangannya harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat pula, sehingga kurikulum akan mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang, baik dilihat dari segi perkembangan sosial budaya maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar