ADAKAH
METODE YANG ‘IDEAL’?
Metode bagaikan logika. Metode adalah fundamen dan dasar
penalaran manusia. Akan tetapi, metode atau logika saja tidak dapat menentukan
bahwa seseorang dapat dikatakan seseorang yang jenius. Bahkan sejauh-jauh ahli
matematika mengembangkan diri, ia tidak pernah bisa lari dari empat dasar
pengoperasian matematikanya, yaitu: penambahan, pengurangan, pembagian, dan
perkalian. Abjad adalah dasar dari semua bahasa juga tidak pernah melebihi
ABC-nya sebuah bahasa. Demikian juga dengan metode kefilsafatan.
Memang kita tidak menyangkal bahwa bentuk metode yang bersifat
mendasar itu penting, namun metode semacam ini tidak boleh membekukan pemikiran
filosofis. Sesuatu jenis logika atau matematika dasar atau abjad yang
memungkinkan pikiran kita berkembang lebih lanjut adalah hal-hal yang harus
kita temukan. Jadi, bukan lagi logika atau matematika dasar atau abjad yang
akan memenjarakan pikiran kita atau yang menyebabkan jalan pikiran kita mnejadi
beku.
Setiap generasi fulsuf bercita-cita merumuskan sebuah metode
yang ideal. Namun sampai sejauh ini usaha tersebut belum pernah berhasil dengan
baik. Mengapa begitu sulit merumuskan sebuah metode? Karena, sebuah metode yang
ideal harus menampilkan suatu bentuk struktur, yaitu suatu struktur yang
fleksibel dan memungkinkan pengembangan lebih lanjut. Metode ini harus konkret
dan juga tidak boleh bertentangan dengan sesuatu yang bersifat abstrak. Metode
ini harus objektif, namun juga tidak boleh sedemikian kaku, sebab di dalamnya
harus tampak juga aspek subjektifnya. Metode ini harus dapat diterapkan secara
universal seperti metode ilmiah. Seandainya metode yang ideal dapat dirumuskan,
masihkah hal ituakan disebut juga ‘metode’?
Pada abad akhir-akhir ini, F.D.E Schleiermacher menghidupkan
kembali topic tentang hermeneutic. Dan ini dikumandangkan lebih luas lagi oleh
penulis biografinya, yaitu Wilhelm Dilthey. Pada zaman ini, hermeneutic telah
diangkat oleh beberapa filsuf, misalnya: Hans Georg Gadmer, Jurgen Habermas, Paul
Ricoeur, Jacques Derrida dan beberapa komentator lain.
Hermeneutik belum diterima sebagai suatu metode yang bersifat
universal, manum metode ini setidaknya mendukung pemahaman kita tentang
kebenaran dan interpretasinya. Dapatkah hermeneutic menjadi metode yang memadai
untuk pembahasan filosofis?
Dapus: Sumaryono, E.
2009. Hermeneutik (Sebuah Metode Filsafat).
Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar