Sabtu, 17 Desember 2016

TIGA TIPE ANAK

TIGA TIPE ANAK

1.        Anak Yang Mudah
Anak-anak golongan ini biasanya penampilannya penuh keberanian dan terbuka. Tampil dan berbicara apa adanya. Mudah bergaul dengan orang-orang yang beru dikenalnya, lincah, dan banyak bicara. Mereka sama sekali tidak canggung berada di lingkungan yang baru. Bahkan beberapa dari anak-anak ini tergolong sangat aktf.
Tetapi ada kelemahan pula pada anak-anak golongan ini. Karena saking mudahnya beradaptasi, jadi terlalu sering berpindah tangan pengasuh. Ini buruk akibatnya bagi dirinya sendiri. Seminggu tinggal bersama nenek, baru pulang sebentar dijemput tantenya untuk dibawa selama 7 hari pula.
Setiap orang tak pernah punya pola asuh yang sama. Batasan, larangan, cara memerintah, cara membujuk hingga nilai-nilai yang disampaikan dari ibu, tante dan nenek tidak akan pernah sama. Bahkan aa kalanya bertolah belakang. Semua itu hanya akan membuat anka bingung hingga pada akhirnya mereka jadi sulit diberi pengertian.
2.        Anak yang perlu pemanasan
Tidak terlalu berani, tidak pula penakut. Yang jelas ia perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Setelah tenggang waktu tersebut, mereka telah memperoleh kepercayaan dirinya kembali. Ia juga bias menjadi begitu berani seperti teman-temannya yang mudah.
Dengan orang yang belum dikenal mereka hanya diam walaupun bukan berarti penakut. Tetapi setelah kenal mereka bias saja segera akrab. Anak-anak ini perlu dorongan semangat dari orang tuanya. Mereka perlu diberi motivasi terlebih dahulu.
Tindakan orang tua yang terlalu memaksa bukan pemecahan masalah yang baik. Sering orang tua ingin anaknya menjado pemberani seperti anak-anak “mudah”. Biasanya ketika anaknya masih menunjukkan gelagat ragu-ragu atau takut, mereka menjadi gusar. Lantas keluarlah dari mulutnya omelan, sindiran atau bahkan ancaman. Lebih parah lagi bila memaksakan anak-anak yang sedang dalam proses penyesuaian untuk segera melakukan yang diminta orang tua.
Waktu pemanasan yang dibutuhkan oleh anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru bias dipersingkat dengan latihan-latihan. Seblum anka dilatih dnegan membawanya ke tempat-tempat baru baginya, lebih baik bila diberi pegertian dan motifasi terlebih dalulu. Ini agar anak tidak terlalu terkejut dan sudah sedikit mengenal lingkungan baru tersbut melalui cerita ibunya.
Cara lain adalah dengan meningkatkan keberaniannya secara umum. Misalkan denganjenis permainan tertentu yang memacu tumbuhnya keberaniannya. Juga dengan memperluas sosialisasi dan proses pergaulannya yang alami dengan teman-teman sebayanya.
3.        Anak Yang Sulit
Anak ini sering makan hati orang tua. Membuat gemas, jengkel sekaligus malu. Bayangkan, kemanapun orang tua pergi, ia membuntut, baju ibu tak pernah lepas dari pegangannya. Bila ada orang menyapa, ia justru menelusupkan wajah di sela-sela baju ibu, seakan-akan hendak msuk ke dalamnya.
Satu-satunya yang bias dilakukan orang tua terhadap anak seperti ini adalah bersabar menunggu waktu. Hanya waktu yang bias menyelesaikannya. Tak ada gunanya capek-capek mendamprat, mengomel, atau ngotot memaksanya untuk jadi berani. Percuma, hanya membuat sakit hati saja. Bahkan omelan, ejekan dan hinaan, dalam banyak kasus hanya akan menghilangkan rasa percaya diri si anak.
Banyak orang tua yang ingin menunjukkan kemampuan anak-anaknya di depan ornag lain, menjadi geregetan gara-gara si anak tiba-tiba diam seribu bahasa, pemalu, dan Nampak bingung saat ditanyai macam-macam. Padahal semua pertanyaan bias dijawab dnegan lancer di rumah.
Penyebab tama perilaku yang “sulit” ini bias Karena factor kurangnya keberanian, kurangnya latihan bersosialisasi dengan lingkungan, bias juga factor keturunan. Cara mengurangi rasa kekhawatiran yang berlebihan terhadap lingkungan baru adalah dengam pembiasaan, pemberian pengertian, dan motivasi di samping meningkatkan keberanian secara umum.

Hubungan batin dengan ibu biasanya amat erat, sehingga lebih mudah bagi orang tua untuk mengarahkannya. Juga si anak tumbuh menjadi lebih sabar dan telaten, tidak terlalu lincah. Mudah di arahkan ke segi-segi kognisi, tetapi perkembangan keberaniannya bias terhambat jika tidak segera ditangani perilakunya yang ketakutan secara berlebihan terhadap lingkungan baru.

Dapus: Istadi, Irawati. 2006. Mendidik dengan Cinta. Bekasi: Pustaka Inti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar