Selasa, 06 Desember 2016

DASAR-DASAR PENDIDIKAN (PENALARAN DAN LOGIKA)

DASAR-DASAR PENDIDIKAN

(PENALARAN DAN LOGIKA)
Penalaran
Manusia memiliki kemampuan berpikir. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Karena “benar” itu bersifat relatif maka ada kriteria kebenaran yang merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir.
Suatu proses atau kegiatan berpikir dalam menarik suatu kesimpulan berupa pengetahuan disebut penalaran. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran dimana penalaran memiliki karakteristik tertentu dalam menentukan kebenaran tersebut.
Ciri-ciri penalaran sebagai suatu kegiatan berpikir diantaranya:
-          Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Penalaran merupakan suatu proses berpikir logis menurut logika tertentu.
-          Proses berpikirnya bersifat analitik. Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang menyandarkan diri pada suatu analisis dan kerangka berpikir tertentu.
Proses berpikir yang tidak berdasarkan penalaran yaitu perasaan dan intuisi. Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Sedangkan intuisi merupakan suatu kegiatan berpikir nonanalitis yang tidak mendasarkan diri pada suatu pola pikir tertentu.
Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta. Rasionalisme merupakan suatu paham yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran. Empirisme merupakan suatu paham yang menyatakan bahwa fakta yang diperoleh lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran. Pada hakikatnya penalaran ilmiah merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif, dimana penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme, dan penalaran induktif terkait dengan empirisme.

Logika
Logika didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara valid. Logika adalah cabang filsafat yang menyelidiki ketepatan berpikir. Logika dibagi menjadi dua macam, yaitu logika induktif dan logika deduktif. Pada logika deduktif, penalaran bergerak dari hal-hal umum (universal) kepada hal-hal khusus. Pada logika induktif, penalaran bergerak dari hal-hal khusus kepada hal-hal yang umum.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan disebut sebagai premis, yang dapat dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut. Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal, yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor, dan keabsahan penarikan kesimpulan. Apabila salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak terpenuhi maka kesimpulan yang ditarik akan salah.
Contoh penarikan kesimpulan:
Premis mayor: Semua siswa kelas XII mengikuti Ujian Nasional.
Premis minor:  Andi merupakan siswa kelas XII.
Kesimpulan:    Jadi Andi mengikuti Ujian Nasional.
Secara terperinci, logika digunakan antara lain untuk:
1) Membantu setiap orang untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis, dan koheren.
2) Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak (tingkat tinggi), cermat dan objektif.
3) Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4) Memaksa dan mendorong untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis.
5) Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghinidari kesalahan berpikir, kekeliruan, serta kesesatan.
6) Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
   Penalaran dan logika digunakan manusia untuk mencari pengetahuan dari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar