CARA MENDAPATKAN
PENGETAHUAN
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa
yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah
ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia
di samping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Pengetahuan
juga merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam
kehidupan. Pada hakikatnya kita mengharapkan jawaban yang benar, maka untuk
mendapatkan atau menyusun pengetahuan yang benar, dikaji dalam kajian filsafati
epistemologi
Untuk
bisa meramalkan dan mengontrol sesuatu maka hal yang pertama kita lakukan
adalah mengetahui mengapa sesuatu itu terjadi. Dengan demikian penelaahan
ilmiah diarahkan kepada usaha untuk mendapatkan penjelasan mengenai berbagai
gejala alam. Awalnya manusia mengaitkan gejala alam dengan sesuatu yang mistis.
Selanjutnya manusia menafsirkan dunia dari kemitosan tersebut. Lalu
berkembanglah pengetahuan yang berakar pada pengalaman berdasarkan akal sehat (common sense) yang didukung oleh metode
coba-coba (trial and error).
Perkembangan ini menyebabkan timbul pengetahuan yang disebut “seni terapan” (applied arts) yang mempunyai kegunaan
langsung dalam kehidupan sehari-hari di samping “seni halus” (fine arts) untuk memperkaya spiritual.
Seni
terapan ini pada hakikatnya memiliki dua ciri, yaitu bersifat deskriptif dan
fenomenologis, serta ruang lingkup terbatas. Sifat deskriptif mencerminkan
proses pengkajian yang menitikberatkan kepada penyelidikan gejala-gejala yang
bersifat empiris. Akal sehat dan cara mencoba-coba mempunyai peranan penting
dalam usaha manusia untuk menemukan penjelasan mengenai berbagai gejala alam.
Karakteristik akal sehat (menurut Titus) diantaranya: (1) karena landasannya
yang berakar pada adat dan tradisi maka akal sehat cenderung untuk bersifat
kebiasaan dan pengulangan; (2) karena landasannya berakar kurang kuat maka akal
sehat cenderung bersifaat kabur dan samar-samar; dan (3) karena kesimpulan yang
ditariknya sering berdasarkan asumsi tidak dikaji lebih lanjut maka akal sehat
lebih merupakan pengetahuan yang tidak teruji.
Perkembangan
selanjutnya adalah yang secara kritis mempermasalahkan dasar-dasar pikiran dan
mencoba menemukan kebenaran secara analisis yang bersifat kritis. Berpikir
rasionalis mempunyai kelemahan sehingga timbul empirisme yang menyatakan bahwa
pengetahuan yang benar itu didapat dari kenyataan pengalaman. Ilmu tidak bisa
melepaskan diri dari penafsiran yang bersifat rasional dan metafisis. Kemudian
berkembanglah metode eksperimen yang merupakan jembatan antara penjelasan
teoritis yang hidup di alam rasional dengan pembuktian dengan pembuktian yang dilakukan secara
empiris. Secara konseptual metode eksperimen dikembangkan oleh sarjana Muslim
dan secara sosiologis dimasyarakatkan oleh Francis Bacon.
Berkembangnya
metode eksperimen atau metode ilmiah dan diterimanya metode ini sebagai
paradigma oleh masyarakat keilmuan maka sejarah kemanusiaan menyaksikan
perkembangan pengetahuan yang sangat pesat. Metode ilmiah merupakan prosedur
dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu yang merupakan ekspresi
mengenai cara bekerja pikiran. Proses kegiatan ilmiah dimulai ketika manusia
mengamati sesuatu.
Kerangka
berpikir ilmiah pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.
1) Perumusan masalah, berupa pertanyaan mengenai
objek empiris yang jelas batasannya dan dapat diidentifikasi.
2) Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan
hipotesis, berupa argumentasi yang mengaitkan hubungan yang mungkin terdapat
antara berbagai faktor.
3) Perumusan hipotesis, merupakan jawaban sementara
terhadap pertanyaan yang diajukan.
4) Pengujian hipotesis, pemgumpulan fakta-fakta yang
relevan dengan hipotesis.
5) Penarikan kesimpulan, yaitu penilaian apakah
sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.
Penelitian
terhadap ilmu tidak ditentukan oleh kesahihan teorinya sepanjang zaman
melainkan terletak dalam kemampuan memberikan jawaban terhadap permasalahan
manusia dalam tahap peradaban tertentu.
Secara
garis besar ada empat jenis pola penjelasan, yakni:
1) Penjelasan deduktif, yaitu mensrik kesimpulan
secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya.
2) Penjelasan probabilistic, yaitu penjelasan yang
ditarik secara induktif dari sejumlah kasus.
3) Penjelasan fungsional atau teleologis, yaitu
penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara
keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau arah perkembangan tertentu.
4) Penjelasan genetik, yaitu penjelasan yang
mempergunakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya dalam menjelaskan gejala
yang timbul selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar