Kamis, 08 Desember 2016

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
(Progresivisme, Esensialisme, dan Perenialisme)
1. Progresivisme
            Progresivisme lahir sekitar abad ke-20 merupakan filsafat yang bermuara pada aliran pragmatisme yang diperkenalkan oleh William James dan John Dewey yang menitikberatkan pada segi manfaat bagi hidup praktis.
Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia pendidikan. Progresivisme menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif (ke arah kemajuan). Tujuan pendidikan diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus menerus, agar peserta didik dapat berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu mengadakan penyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dari lingkungan.
Progresivisme menekankan enam prinsip mengenai pendidikan dan belajar, yaitu:
            1) Pendidikan seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan atau kehidupan.
2) Belajar harus berhubungan dengan minat anak.
3) Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan daripada pemberian bahan pembelajaran.
4) Guru berperan dalam pemberi advice, bukan untuk mengarahkan.
5) Sekolah harus menggerakkan kerjasama daripada kompetensi.
6) Demokrasi
Menurut aliran progresivisme, kurikulum hendaknya:
-          Tidak universal, melainkan berbeda-beda berdasarkan kondisi yang ada.
-          Disesuaikan dengan sifat-sifat peserta didik (minat, bakat, dan kebutuhan setiap peserta didik.
-          Berbasis masyarakat.
-          Bersifat fleksibel dan dapat berubah atau direvisi.
Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran proresivisme diantaranya metode pendidikan aktif, metode memonitor kegiatan belajar, metode penelitian ilmiah, pemerintahan pelajar, kerjasama pemerintah dengan keluarga, dan sekolah sebagai pembaharuan pendidikan.
Peran guru menurut aliran ini yaitu sebagai fasilitator, motivator, dan konselor. Sedangkan peran siswa yaitu untuk aktif secara pribadi maupun kelompok.

2. Esensialisme
            Esensialisme dikenal sebagai aliran filsafat pendidikan yang berusaha mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial, yaitu sesuatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental, atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu. Menurut aliran ini, sesuatu yang esensial harus diwariskan kepada generasi muda agar dapat bertahan dari waktu ke waktu. Tokoh aliran iini adalah William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Bagley yakin bahwa fungsi utama sekolah adalah mentransmisikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda.
Pandangan tentang pendidikan menurut esensialisme.
-          Pendidikan merupakan upaya untuk pemeliharaan kebudayaan.
-          Pendidikan bertujuan mentransmisikan kebudayaan untuk menjamin solidaritas sosial dan kesejahteraan umum.
-          Fungsi utama sekolah adalah memelihara nilai-nilai yang telah turun-temurun, dan menjadi penuntun penyesuaian individu kepada masyarakat.
-          Kurikulum direncanakan dan diorganisasi oleh seorang guru sebagai wakil masyarakat, society centered.
-          Metode yang disarankan adalah agar sekolah mempertahankan metode-metode tradisional yang berhubungan dengan disiplin mental.
-          Guru atau pendidik berperan sebagai mediator atau “jembatan” antara dunia masyarakat dengan dunia anak.
-          Peran peserta didik adalah belajar.

3. Perenialisme
            Menurut Sahabuddin, perenialisme dianggap sebagai jalan mundur menuju kebudayaan zaman lampau (regressive road culture). Perenialisme melihat kebudayaan sebagai suatu yang sedang krisis.
Esensi kepercayaan filsafat perenialisme adalah berpegang pada nilai atau norma-norma yang bersifat kekal abadi. Filsafat ini terkenal pula dengan nama “philosophia Perennis”, aliran ini termasuk pendukung aliran esensial. Filsafat ini muncul dari warisan Yunani yang diwakili oleh Plato dan Aristoteles, kemudian didukung dan diperkuat oleh Thomas Aquinas.
Teori dasar dalam belajar yang utama menurut parenialisme ada lima yaitu mental disiplin, rasionalitas dan asas kemerdekaan, belajar untuk berpikir, belajar sebagai persiapan hidup, dan belajar melalui pembelajaran.
Fungsi guru menurut perenialisme adalah guru juga sebagai murid yang mengalami proses belajar sementara mengajar. Guru mengembangkan potensi-potensi self-discovery, dan ia melakukan otoritas moral atas murid-muridnya, karena ia adalah professional yang berkualitas.
Kurikulum perenialisme mempengaruhi praktik pendidikan yaitu Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Pendidikan Tinggi dan Adult Education.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar