Jumat, 30 Desember 2016

Esensi Upacara


Esensi Upacara
       Siapa saja yang pernah menjadi peserta didik, pasti pernah melakukan kegiatan rutin ini, khususnya di hari senin yaitu upacara pengibaran bendera merah putih yang wajid diikuti oleh seluruh warga sekolah, berbaris dengan rapih, memakai seragam rapih, pakai topi dan berdiri tegap. Nah, tahukah anda mengapa kita harus melaksanakan upacara? Selain untuk mengenak jasa-jasa para pahlawan kita.
       Manurut undang-undang, upacara bendera hanya boleh dilakukan pada acara kenegaraan yaitu acara yang diatur dan dilaksanakan panitiannegara secara terpusat, dihadiri presiden dan atau wakil presiden serta pejabat Negara. Upacara bendera juga dilakukan pada acara resmi yaitu acara yang diatur dan diaksanakan oleh pemerintah atau lembaga Negara dalam melaksanakan tugas dan fungsi tertentu, dihadiri oleh pejabat Negara dan atau pejabat pemerintahan
       Jika hanya boleh dilakukan pada dua acara terseut, mengapa upacara bendera juga dilakukan pada setiap hari senin pagi di sekolah- sekolah? Itu karena ada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 39 Tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan. Dalam peraturan tersebut ada 10 materi pembinaan dan salah satunya adalah membentuk kepribadian unggul, wawasan kebangsaan dan bela Negara.
       Dijelaskan juga, salah satu cara membentuk kepribadian unggul dengan wawasan kebangsaan dan belanegara itu adalah lewat kegiatan kokurikuler (kegiatan yang erat hubungannya dan menunjang program pendidikan dalam kurikulum) upacara bendera pada hari senin dan sabtu serta pada hari-hari besar nasional. Soal wajib atau tidak, mungkin tergantung pada pemda setempat apakah mengeluarkan peraturan daerah yang wajib upacara bendera untuk sekolah-sekolah di daerahnya atau tidak.
       Mungkin terdapat pro dan kontra mengenai pentingnya upacara sebagai salah satu cara membentuk kepribadian unggul dan meningkatkan rasa nasionalisme. Trelepas dari itu, ada esensi penting dari kegiatan upacara bendera di sekolah: melatih disiplin dan pengendalian diri siswa. Suka atau tidak suka, anak harus siap berbaris di lapangan, harus mengenakan seragam dengan atribut yang lengkap, harus berlatih jika menjadi peetugas upacara, tidak boleh mengobrol dan bergerak selama upacara berlangsung serta menunjukkan sikap hormat pada lambing-lambang Negara.
       Upacara bendera di sekolah rutin dilaksanakan setiap hari senin. Tetapi sering kali para siswa siswi malah mengobrol sendiri dengan teman di dekatnya. Siswa yang terlihat serius dan hikmat ketika mengikuti upacara hanyalah beberapa orang saja. Hal ini mengidentifikasi bahwa masih banyak generasi muda bangsa yang menganggap bahwa upacara hanyalah sekedar seremonial dan rutinitas belaka, dan kalau sudah demikian berarti esendinya dan susbstansi upacara tersebut sudah hilang, yang semestinya uoacara sebagai bagian dari pendidikan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotism yang membumi.
       Fenomena seperti ini menyiratkan bahwa perlu adanya pengembangan penanaman nilau kepada peserta didik yang bersentuhan langsung dengan realitas social. Para suswa harus disadarkan akan pentingnya nasionalisme dan patriotism melalui pengalaman-pengalaman hidup yang berkesinambungan. Dengan demikian, para pendidik haru bisa menjadi contoh yang dapat digugu dan ditiru oleh para siswanya seperti apa yang dikatakan oleh Kuntowijoyo “bahwa guru itu sebagai example center”, yaitu tempat bagi siswa untuk mengaca dan mengukur diri. Tanpa contoh kongkrit dari para penddik, siswa akan menganggap guru hanya pandai berbicara tetapi tidak mampuuntuk mempraktekannya.

       Oleh karena itu, peranan pendidik sangat lah penting, lagi lagi guru adalah kata kunci dalam penananman nilai-nilai teradap anak didiknya, dan mulai ari para pendidik itu sendiri. Karakter anak tidak sepenuhnya bergantung pada kata dan ucapan guru, tetapi lebih kepada sikap yang menjadi contoh yang mereka bisa tiru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar