Kamis, 29 Desember 2016

POKOK BAHASAN FILSAFAT : SPEKULASI DAN ANALISIS

POKOK BAHASAN FILSAFAT : SPEKULASI DAN ANALISIS

1.    Spekulasi
Filsafat mulai dengan rasa heran, ingin tahu, bertanya tentang apa saja terutama dengan spekulasi tentang jawaban atas semua pertanyaan tersebut. “spekulasi”, bila dipergunakan secara filosofis berarti menentukan ‘subjek’ atau gagasan dan merenungkannya secara mendasar. Kiranya aspek khusus inilah yang menyebabkan orang kemudian tertarik pada filsafat atau bahkan berusaha menjadi seorang filsuf. Selama manusia ingin tahu, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti “apa”, “mengapa”, “bagaimana”, “dimana” dan “bilamana”, maka spekulasi menjadi hal yang sangat menarik. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan semakin meluas jawabannya atau spekulasi mengenai jawaban-jawaban itu bila orang sudah mulai mempertanyakan tentang alam semesta, atau sekurang-kurangnya mempertanyakan tentang hakikat manusia.
Setiap orang dapat, atau bahkan sering, berspekulasi dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini merupakan bagian yang paling mudag dilaksanakan di dalam filsafat, sebab setiap orang memerlukan imajinasi dan ingin mempertanyakan banyak hal. Namu, dari berbagai pertanyaan yang diajukan orang, hanya sebgaian saja yang termasuk yang termasuk ke dalam pertanyaan filosofis. Dengan pertanyaan tersebut, sudah trelihat unsur imajinatif dan kreatif, sehingga kita dapat mengembangkan kebebasan berpikir tentang apa saja.
Perbedaan antara berpikir dalam kehidupan sehari-hari dan berpikir filosofis, terlihat pada aspek kesungguhan dan sistematisasinya. Berpikir secara filsafat lebih memerlukan kesungguhan dan system. Di samping kedua aspek ini, di dalam berpikir filosofis terdapat satu aspek lagi, yaitu “analisis”
2.    Analisis
Di dalam berfilsafat, kita tidak cukup hanya mempertanyakan tentang alam semesta dan kemudian berspekulasi tentang jawaban-jawabannya. Akan tetapi, kita juga harus mempertanyakan tentang “pertanyaan-pertanyaan” itu sendiri dan jawaban-jawabannya. Dalam hal ini kemudian kita juga menganalisis melalui penalaran logika, semua pertanyaan yang kita ajukan dan jawaban yang kita peroleh. Sebagai contoh misalnya dalam dialog Plato, Socrates memaksa murid-muridnya, dan juga orang-orang lain yang terlibat dalam dialog, untuk mempertanyakan kembali pertanyaan tentang “keadilan” serta jawaban-jawabannya, yaitu “melakukan hal-hal yang baik terhadap teman-teman kita dalam hal-hal yang tidak baik terhadap musuh-musuh kita”, dengan cara menganalisis tentang arti ‘keadilan’ tersebut secara teliti dan mendetail. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh arti yang sebenarnya tentang keadilan.
Analisis memuat antara lain: mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, berkeyakinan ataupun berteori, untuk kemudian menyelidiki semuanya itu, menguraikan ke dalam bagian-bagian dengan menggunakan data-data fisik yang dapat membantu, dengan mempergunakan bentuk penalaran logika.

Dari uraian diatas, jelas bahwa berfilsafat tidak lain adalah berspekulasi dan melakukan analisis. Dalam menghadapi alam semesta ini, kita memerlukan pengembangan gagasan secara bebas, termasuk juga imajinasi kita.
Dapus: Sumaryono, E. 2009. Hermeneutik (Sebuah Metode Filsafat). Yogyakarta: Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar