POKOK
BAHASAN FILSAFAT : SPEKULASI DAN ANALISIS
1. Spekulasi
Filsafat mulai dengan rasa heran, ingin tahu,
bertanya tentang apa saja terutama dengan spekulasi tentang jawaban atas semua
pertanyaan tersebut. “spekulasi”, bila dipergunakan secara filosofis berarti
menentukan ‘subjek’ atau gagasan dan merenungkannya secara mendasar. Kiranya
aspek khusus inilah yang menyebabkan orang kemudian tertarik pada filsafat atau
bahkan berusaha menjadi seorang filsuf. Selama manusia ingin tahu, dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti “apa”, “mengapa”, “bagaimana”,
“dimana” dan “bilamana”, maka spekulasi menjadi hal yang sangat menarik.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan semakin meluas jawabannya atau spekulasi
mengenai jawaban-jawaban itu bila orang sudah mulai mempertanyakan tentang alam
semesta, atau sekurang-kurangnya mempertanyakan tentang hakikat manusia.
Setiap orang dapat, atau bahkan sering, berspekulasi
dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini merupakan bagian yang paling mudag
dilaksanakan di dalam filsafat, sebab setiap orang memerlukan imajinasi dan
ingin mempertanyakan banyak hal. Namu, dari berbagai pertanyaan yang diajukan
orang, hanya sebgaian saja yang termasuk yang termasuk ke dalam pertanyaan
filosofis. Dengan pertanyaan tersebut, sudah trelihat unsur imajinatif dan
kreatif, sehingga kita dapat mengembangkan kebebasan berpikir tentang apa saja.
Perbedaan antara berpikir dalam kehidupan sehari-hari
dan berpikir filosofis, terlihat pada aspek kesungguhan dan sistematisasinya.
Berpikir secara filsafat lebih memerlukan kesungguhan dan system. Di samping
kedua aspek ini, di dalam berpikir filosofis terdapat satu aspek lagi, yaitu
“analisis”
2. Analisis
Di
dalam berfilsafat, kita tidak cukup hanya mempertanyakan tentang alam semesta
dan kemudian berspekulasi tentang jawaban-jawabannya. Akan tetapi, kita juga
harus mempertanyakan tentang “pertanyaan-pertanyaan” itu sendiri dan
jawaban-jawabannya. Dalam hal ini kemudian kita juga menganalisis melalui
penalaran logika, semua pertanyaan yang kita ajukan dan jawaban yang kita
peroleh. Sebagai contoh misalnya dalam dialog Plato, Socrates memaksa
murid-muridnya, dan juga orang-orang lain yang terlibat dalam dialog, untuk
mempertanyakan kembali pertanyaan tentang “keadilan” serta jawaban-jawabannya,
yaitu “melakukan hal-hal yang baik terhadap teman-teman kita dalam hal-hal yang
tidak baik terhadap musuh-musuh kita”, dengan cara menganalisis tentang arti
‘keadilan’ tersebut secara teliti dan mendetail. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh arti yang sebenarnya tentang keadilan.
Analisis
memuat antara lain: mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, berkeyakinan
ataupun berteori, untuk kemudian menyelidiki semuanya itu, menguraikan ke dalam
bagian-bagian dengan menggunakan data-data fisik yang dapat membantu, dengan
mempergunakan bentuk penalaran logika.
Dari
uraian diatas, jelas bahwa berfilsafat tidak lain adalah berspekulasi dan
melakukan analisis. Dalam menghadapi alam semesta ini, kita memerlukan
pengembangan gagasan secara bebas, termasuk juga imajinasi kita.
Dapus: Sumaryono, E.
2009. Hermeneutik (Sebuah Metode Filsafat).
Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar