Perbedaan Mendidik dan Mengajar
Bagi saya, mendidik dan mengajar memiliki pengertian mendasar
yang berbeda, serta kajian-kajian referensi yang mendalam untuk mengetahui
lebih dalam tentang perbedaan antara mendidik dan mengajar. Pendidikan
merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Hewan bukanlah belajar tetapi hanya dilatih, sedangkan
manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna
menuju kehidupan yang lebih berarti.
Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala
anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya,
begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar
oleh guru dan dosen. Menurut Paulo Freire, pendidikan adalah proses
memanusiakan manusia, sedangkan John Dewey mengatakan bahwa pendidikan adalah
proses yang dilakukan agar ada perubahan dalam masyarakat. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pendidikan adalah sebuah proses transfer dan pencarian nilai
yang terjadi dilevel individu maupun masyarakat yang mengarah kepada perubahan
kondisi kearah yang lebih baik.Maka sejatinya pendidikan adalah juga proses
pembebasan manusia, karena telah begitu banyak penindasan terjadi diantara
manusia.
Terdapat perbedaan mendasar antara mendidik dan mengajar,
beberapa orang mungkin terjebak antara definisi mendidik dengan mengajar.
Padahal, terdapat perbedaan yang mendasar antara keduanya. Mengajar merupakan
kegiatan teknis keseharian seorang guru. Semua persiapan guru untuk mengajar
bersifat teknis. Hasilnya juga dapat diukur dengan instrumen perubahan perilaku
yang bersifat verbalistis. Tidak seluruh pendidikan adalah pembelajaran,
sebaliknya tidak semua pembelajaran adalah pendidikan. Perbedaan antara
mendidik dan mengajar sangat tipis, secara sederhana dapat dikatakan mengajar
yang baik adalah mendidik. Dengan kata lain mendidik dapat menggunakan proses
mengajar sebagai sarana untuk mencapai hasil yang maksimal dalam mencapai
tujuan pendidikan Mendidik lebih bersifat kegiatan berkerangka jangka menengah
atau jangka panjang.
Hasil pendidikan tidak dapat dilihat dalam waktu dekat atau
secara instan. Pendidikan merupakan kegiatan integratif olah pikir, olah rasa,
dan olah karsa yang bersinergi dengan perkembangan tingkat penalaran peserta
didik. Mengajar yang diikuti oleh kegiatan belajar-mengajar secara bersinergi
sehingga materi yang disampaikan dapat meningkatkan wawasan keilmuwan,
tumbuhnya keterampilan dan menghasilkan peru bahan sikap mental/kepribadian,
sesuai dengan nilai-nilai absolute dan nilai-nilai nisbi yang berlaku di
lingkungan masyarakat dan bangsa bagi anak didik adalah kegiatan mendidik.
Mendidik bobotnya adalah pembentukan sikap mental atau kepribadian bagi anak
didik, sedang mengajar bobotnya adalah penguasaan pengetahuan, keterampilan dan
keahlian tertentu yang berlangsung bagi semua manusia pada semua usia. Contoh
seorang guru matematika mengajarkan kepada anak pintar menghitung, tapi anak
tersebut tidak penuh perhitungan dalam segala tindakannya, maka kegiatan guru
tersebut baru sebatas mengajar belum mendidik. Tidak setiap guru mampu mendidik
walaupun ia pandai mengajar, untuk menjadi pendidik guru tidak cukup menguasai
materi dan keterampilan mengajar saja, tetapi perlu memahami dasar-dasar agama
dan norma-norma dalam masyarakat, sehingga guru dalam pembelajaran mampu
menghubungkan materi yang disampaikannya dengan sikap dan keperibadiaan yang
harus tumbuh sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma dalam masyarakat.
Jadi, jika hasil pengajaran dapat dilihat dalam waktu singkat
atau paling lama tiga tahun, keluaran pendidikan tidak dapat dilihat sebagai
satu hasil yang segmentatif. Hasil pendidikan tercermin dalam sikap, sifat,
perilaku, tindakan, gaya menalar, gaya merespons, dan corak pengambilan
keputusan peserta didik atas suatu perkara.
Penting juga mengetahui tentang Pedagogy dan Andragogy, ini
adalah dua model pendekatan pendidikan menurut Paulo Freire. Pedagogy adalah
metode pendekatan yang menempatkan objek pendidikannya sebagai ’anak-anak’
meskipun usia bioogisnya sudah termasuk ’dewasa’. Konsekuensinya adalah
menempatkan peserta didik sebagai ’murid’ yang pasif, yang sepenuhnya menjadi
objek suatu proses belajar, seperti ’guru menggurui, guru mengevaluasi, murid
dievaluasi.
Sebaliknya Andragogy atau pendidikan ’orang dewasa’ adalah
metode pendekatan yang menempatkan peserta didik sebagai orang dewasa, murid
sebagai subjek dari sistem pendidikan yang aktif. Fungsi guru adalah sebagai
’fasilitator’ bukan menggurui, dan relasi antara guru-murid bersifat
’multicommunication’ dan seterusnya. Pendidikan juga seharusnya tidak berada
jauh dengan realitas, yaitu pendidikan yang dekat dengan kondisi real
masyarakat, karena pendidikan bertujuan untuk transformasi/perubahan dalam
masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik. Pendidikan seharusnya membangun
kesadaran kritis, dan mampu menciptakan ruang untuk tumbuhnya resistensi dan
subversi terhadap sistem yang dominan. Sehingga pandangan pendidikan seperti
itu akan melahirkan aliran pendidikan yang disebut pendidikan kritis.
Proses dalam pendidikan seharusnya dapat menjadi proses
pembebasan manusia dari penindasan. Sejarah membuktikan telah begitu banyak
proses penindasan terjadi terhadap manusia, bahkan hingga saat ini. Karena baik
si penindas, maupun yang tertindas, sama-sama mengalami proses dehumanisasi
(kehilangan kemanusiannya) karena menyalahi kodrat manusia itu sendiri.
Sejatinya manusia harus dipandang dan diperlakukan sebagai seorang manusia yang
memiliki hak dan kewajiban serta sama harkat dan martabatnya dengan manusia
lain. Pendidikan pun seharusnya tidak menempatkan guru/pengajar sebagai subjek
dan murid atau peserta belajar sebagai objek, namun, menempatkan guru/pengajar
sebagai subjek (dalam hal ini fasilitator) dan murid atau perserta belajar
sebagai subjek pula. Sehingga pendidikan kritis pun dapat terwujud dan
menghasilkan manusia yang kritis dan mampu membawa perubahan dalam masyarakat
ke arah yang lebih baik.
Jadi, Mendidik (pedagogy) yang dikatakan oleh sebagian orang
sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama,
mempersiapkan generasi muda untuk untuk memegang peranan-peranan tertentu pada
masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang
diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan
dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat
dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian bahwa
mendidik bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value.
Dengan demikian pendidikan dapat menjadi penolong bagi umat manusia. Sementara
mengajar hanya pada tataran transfer of knowledge. Keteladanan adalah sikap
terpuji yang semestinya melekat pada semua guru. Jadi, dengan demikian, setiap
guru seharusnya menjadi model untuk mendorong pembentukan sikap terpuji peserta
didik.Disinilah tugas guru bukan sekadar mengajar yang sangat teknis, melainkan
mendidik untuk membentuk insan generasi muda yang berperilaku mulia, baik,
jujur serta mampu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa didiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar